Soloraya
Senin, 18 September 2017 - 07:00 WIB

Tim Bengawan UNS Solo Siap Tebus Kekalahan di Jepang

Redaksi Solopos.com  /  Ayu Prawitasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim Bengawan Formula Student Automotive Engineering Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo berfoto bersama dengan mobil formula Astaka di Jepang, 5-9 September 2017. (Istimewa)

Mobil formula Bikinan UNS Solo dibawa ke Jepang.

Solopos.com, SOLO — Tim Bengawan Formula Student Automotive Engineering Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dengan mobil formula Astaka siap menebus kekalahan di Jepang. Mereka akan berlaga dalam kompetisi yang sama pada tahun depan.

Advertisement

Walaupun kalah, penampilan Tim Bengawan pada ajang Student Formula Japan (SFJ) 2017 yang diselenggarakan Japan Society of Automotive Engineering (JSAE) di Sirkuit Shizuoka Ecopa Stadium, Jepang pada 5-9 September 2017 lebih baik dibandingkan tahun kemarin.

Ketua Umum Tim Bengawan Formula Student Automotive Engineering UNS Solo, Bhre Wangsa L., mengatakan tahun ini merupakan kali kedua UNS mengikuti kompetisi tersebut.

“Dari segi peningkatan prestasi, tahun ini cukup drastis. Pada tahun lalu kami gagal di Technical Inspection sehingga tidak bisa mengikuti balapan. Dalam tahap itu ada 120 poin yang harus dilewati sementara kami hanya dapat 70 poin. Nah, pada tahun ini semua poin tercapai walaupun ada 11 perbaikan minor,” jelas Bhre ketika ditemui Solopos.com di Kampus UNS Solo, Minggu (17/9/2017).

Advertisement

Bisa melewati Technical Inspection membuktikan mobil formula Tim UNS layak diikutkan dalan race atau balapan. Pada hari ketiga Tim UNS bisa mengikuti Dynamic Event Autocross Race atau balap Autocross. “Dari semua peserta SFJ 2017 sebanyak 99 tim mahasiswa dari berbagai negara, tim UNS merupakan satu dari empat tim Indonesia yang berhasil mengikuti race di hari ketiga tersebut,” jelas dia.

Namun, tim UNS harus puas dengan hanya meraih peringkat ke-84 karena mengalami permasalahan pada static event. “Memang ada kendala pada cost report lantaran ada kesalahpahaman antara kami dengan panitia. Jadi di SFAE itu kan ada dua peraturan yang diacu yakni aturan internasional dan aturan lokal Jepang. Terkait aturan Jepang ini terjadi kesalahpahaman sehingga ada dokumen yang seharusnya menjadi salah satu poin lomba, namun tidak dikumpulkan,” terang dia.

Dari sisi performa mobil, Bhre mengaku optimistis Astaka mampu bersaing dengan mobil garapan tim mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya. Ke depan, Tim UNS tetap berharap bisa mengikuti kompetisi serupa dengan target yang lebih baik.

Advertisement

Pada tahun ini ada beberapa inovasi yang sudah dilakukan terhadap mobil formula Astaka. Beberapa antaranya adalah penambahan sayap di bagian depan dan belakang serta peningkatan performa mobil. Di muka juga ditambahkan katup untuk pengaturan angin. Pembuatan mobil formula Astaka, sambung Bhre, menelan biaya Rp80 juta-Rp85 juta yang berasal dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), UNS, serta sponsor.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif