Teknologi
Senin, 18 September 2017 - 14:10 WIB

Peneliti Temukan Eksoplanet “Neraka”dengan Suhu 2.000 Derajat Celcius

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Planet neraka (urbanpost)

Eksoplanet itu adalah bagian dari sistem bintang WASP-19 yang telah ditemukan sebelumnya.

Solopos.com, LONDON – Ilmuwan menemukan planet baru di luar Tata Surya (eksoplanet) yang memiliki kondisi menakjubkan. Planet yang diber nama WASP-19b itu digolongkan sebagai “Hot Jupiter” lantaran memiliki panas mencapai 2.000 derajat celcius.

Advertisement

Dilansir IBTimes, Minggu (17/9/2017), peneliti European Southern Observatory (ESO) menyebut WASP-19b adalah bagian dari sistem bintang WASP-19 yang diperkirakan berjarak 1.000 tahun cahaya dari Bumi.

Planet disebut-sebut hanya memiliki orbit dalam 19 hari karena sangat dekat dengan bintang induknya.

Dari ESO Very Large Telescope (VLT) terungkap tampilan unik dan komposisi atmosfer WASP-19b, termasuk susunan tekanan dan suhunya. Menurut laporan, suhu atmosfer planet ini bahkan mencapai sekira 2.000 Celsius.

Advertisement

Dari laporan itu juga terungkap bahwa peneliti mampu mendeteksi titanium oksida dengan memperlajari cahaya yang menembus atmosfer planet ini. Jarang terlihat di Bumi, titanium oksida biasanya ditemukan di atmosfer bintang yang dingin.

Laporan itu menunjukkan bahwa atmosfer planet yang panas seperti WASP-19b, titanium oksida menyerap panas dan tidak membiarkan panasnya masuk. Menariknya, jika ada cukup titanium oksida di atmosfer, planet akan melihat inversi termal yakni setetes suhu di ketinggian atmosfer yang lebih tinggi.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa selain titanium oksida, atmosfer WASP-19b mengandung sodium dan air. Temuan pada atmosfir WASP-19b sendiri datang setelah satu tahun ilmuwan mengumpulkan data dan membandingkan pengamatan.

Advertisement

“Mendeteksi molekul seperti itu, bagaimanapun tidak sederhana. Kami tidak hanya membutuhkan data dengan kualitas yang luar biasa, tapi kami juga perlu melakukan analisis yang canggih. Kami menggunakan algoritma yang mengeksplorasi jutaan spektrum mencakup berbagai komposisi kimia, suhu, dan awan atau kabut agar kami menarik kesimpulan,” jelas Elyar Sedaghati, siswa ESO yang mengerjakan proyek ini.

Metode yang sama digunakan untuk memperlajari susunan dan komposisi planet lain. Selain itu, metode ini dugunakan untuk mendeteksi logam serta senyawa lainnya. Ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan model atmosfer exoplanet yang lebih baik.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa pada Juli 2017, para astronom telah mengindentifikasi lebih dari 3.500 exoplanet dimana hanya ada sekira 300 planet yang mirip dengan Bumi. Meski begitu menurut peneliti, habitat bagi manusia dan kehidupan alien bukanlah hal yang sama.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif