Jateng
Kamis, 14 September 2017 - 22:50 WIB

KELANGKAAN ELPIJI : Ganjar Usul Distribusi Tertutup Jadi Solusi Elpiji Langka

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi operasi pasar elpiji 3 kg. (Ilustrasi operasi pasar (OP) elpiji 3 kg. (JIBI/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)

Kelangkaan elpiji ditanggapi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dengan mengusulkan distribusi tertutup sebagai solusi.

Semarangpos.com, KEBUMEN — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengusulkan distribusi elpiji bersubsidi dilakukan secara tertutup sehingga penyalurannya tepat sasaran. Usulan itu disampaikannya sebagai solusi atas kelangkaan elpiji yang selama ini didistribusikan dalam kemasan tabung kapasitas 3 kg atau lazim disebut gas melon itu.

Advertisement

“Jangka panjangnya, saya mengusulkan waktu rapat di Istana Negara, agar gas melon [elpiji 3 kg] ini diberikan kepada orang yang memegang identitas—identitas mohon maaf ya, kemiskinan ya—sehingga kalau dia menebus itu ditunjukkan, baru dilayani,” katanya di sela-sela kunjungan kerja di Kabupaten Kebumen, Jateng, Kamis (14/9/2017).

Menurut Gubernur Ganjar, jika distribusi elpiji 3 kg tetap dilakukan dengan cara terbuka seperti sekarang dan semua lapisan masyarakat bisa membeli secara bebas, maka akan terjadi kelangkaan serta penyalurannya tidak tepat sasaran.

Sebagai penanganan jangka pendek terkait kelangkaan elpiji 3 kg di pasaran beberapa waktu terakhir, Ganjar meminta kepada pihak terkait untuk melakukan operasi pasar. “Ini hari keempat saya memantau di mana-mana ada kelangkaan elpiji, maka saya minta operasi pasar dan sudah dilakukan beberapa kali, jalan terus menerus,” ujarnya.

Advertisement

Mantan anggota DPR itu mengaku butuh bantuan dari masyarakat terkait dengan daerah yang warganya kesulitan memperoleh elpiji 3 kg. “Kemarin memang saya tanya kenapa langka. Ternyata Jawa Tengah sudah melebihi 4% dari target jumlah elpiji yang sudah dialokasikan, artinya apa. Ada yang menggunakan berlebih,” katanya.

Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan, penerima berbagai bantuan subsidi dari pemerintah harus diatur agar penyalurannya tepat sasaran. “Saya sampaikan begitu harga elpiji yang 12 kg mahal dan yang pink [bright gas] lebih tinggi harganya maka mereka akan lari ke harga yang lebih murah. Nah [elpiji] yang murah ini dipakai untuk rebutan, permintaan elpiji 3 kg makin tinggi tapi tidak sesuai tempatnya,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif