Jateng
Rabu, 13 September 2017 - 11:50 WIB

Disperindag Jateng Akui Subsidi Elpiji Banyak Salah Sasaran

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3 kg alias gas melon. (JIBI/Bisnis/Dok.)

Disperindag mengakui subsidi elpiji di Jateng masih banyak salah sasaran.

Semarangpos.com, SEMARANG — Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah (Disperindag Jateng) mengakui banyaknya penggunaan elpiji bersubsidi yang semestinya diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu, rumah tangga, dan UKM namun kini salah sasaran.

Advertisement

“Ini yang susah diawasi, misalnya ada pengusaha batik memakai elpiji 3 kg untuk mengeringkan batiknya padahal bukan skala UKM, ada petani untuk mengeringkan tembakau,” kata petugas penyidik Disperindag Jateng Willy A.N. Sigarlaki di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (12/9/2017). Hal tersebut ia ungkapkan di sela-sela memantau operasi pasar elpiji bersubsidi yang digelar PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di SPBU Fatmawati, Kota Semarang, Jateng.

Diakuinya, masyarakat di beberapa daerah, termasuk Jateng belakangan ini kesulitan mendapatkan elpiji kemasan tabung kapasitas 3 kg yang lebih populer disebut elpiji melon, tetapi tidak semua daerah yang kesulitan elpiji bersubsidi itu benar-benar mengalami kelangkaan. “Di Semarang ini, misalnya, ada sekitar 560-an tabung disiapkan di SPBU ini, tetapi tidak habis-habis [dibeli]. Kalau memang langka, dalam sekejap pasti habis dibeli masyarakat karena memang benar-benar membutuhkan,” katanya.

Kondisi berbeda terjadi di Kudus, kata dia yang baru saja memantau pelaksanaan operasi pasar elpiji bersubsidi di wilayah itu, tumpukan elpiji yang didistribusikan langsung habis tidak sampai dua jam karena langka. “Sebenarnya begini, kebutuhan elpiji menjelang Iduladha memang meningkat hampir 300%, sebab banyak masyarakat yang punya hajat, menikahkan, dan sebagainya, seperti terjadi di Kudus. Jadi, elpiji 3 kg mengalami kelangkaan,” katanya.

Advertisement

Namun, kata dia, ada juga pengecer di daerah lain yang memanfaatkan kekhawatiran masyarakat atas kesulitan mencari elpiji bersubsidi sehingga membuat konsumen yang biasanya membeli satu tabung akhirnya membeli lebih dari satu tabung.

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng Teguh Dwi Paryono membenarkan fenomena sulitnya mendapatkan elpiji bersubsidi itu karena tersedot alokasinya di kalangan petani untuk kepentingan pembuatan sumur-sumur pantek (sumur bor). Kondisi itu, diakuinya, terjadi karena petani kesulitan mendapatkan air selama musim kemarau belakangan ini sehingga mereka membuat sumur-sumur pantek yang menggunakan elpiji 3 kg untuk mengoperasikan mesin gensetnya.

“Mereka memakai elpiji 3 kg untuk gensetnya, ini jadi masalah. Alokasi elpiji bersubsidi kan enggak sampai ke sana. Akhirnya, masyarakat sulit mendapatkan elpiji 3 kg. Kurang lebih ada sekitar lima persen yang tersedot,” katanya.

Advertisement

Teguh mengatakan fenomena sulitnya mendapatkan elpiji 3 kg di pasaran sebenarnya tidak hanya terjadi di Jateng, tetapi juga sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Sulawesi Tenggara yang penyebabnya kurang lebih sama. Sementara itu, General Manager PT Pertamina MOR IV Jateng-DIY Ibnu Chouldum juga mengakui adanya fenomena penggunaan elpiji bersubsidi untuk sektor pertanian dan peternakan, khususnya di Jateng selama musim kemarau ini.

“Selama empat bulan ini, kebutuhan elpiji 3 kg memang mengalami peningkatan. Sektor pertanian selama musim kemarau ini juga menyedot elpiji bersubsidi, ada juga nelayan yang mesin tempel untuk perahunya pakai elpiji 3 kg,” katanya. Dengan kondisi seperti itu, Ibnu mengatakan akhirnya membuat masyarakat yang kesusahan mendapatkan elpiji bersubsidi di pasaran, diperparah dengan permainan pengecer yang menjual harga elpiji melebihi harga normal.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif