Jogja
Selasa, 12 September 2017 - 16:20 WIB

PERTANIAN KULONPROGO : Petani Andalkan Air dari Sumur Bor

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang petani menyirami tanaman cabai di lahan pertanian wilayah Dusun Nagung, Desa Kedundang, Temon, Kulonprogo, Senin (11/9/2017). (Rima Sekarani I.N/JIBI/Harian Jogja)

Petani di wilayah Temon mengandalkan sumur bor untuk mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau

Harianjogja.com, KULONPROGO – Petani di wilayah Temon mengandalkan sumur bor untuk mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau. Penyiraman lahan pertanian dilakukan minimal tiga kali dalam sepekan.

Advertisement

Seorang petani bernama Adi Agus mengaku minimnya suplai air dari jaringan irigasi sudah menjadi hal biasa setiap kali menghadapi musim kemarau. Mereka selalu mengandalkan sumur bor.

“Air dari sumur pantek [bor] lumayan banyak,” ungkap Adi saat menyirami tanaman cabai di wilayah Dusun Nagung, Desa Kedundang, Temon, Kulonprogo, Senin (11/9/2017).

Menurur Adi, air dari sumur bor sebenarnya mencukupi untuk menanam padi saat kemarau. Namun, para petani cenderung menghindari hal itu karena banyaknya ancaman hama. Ketimbang gagal panen, mereka lebih memilih menanam palawija, seperti cabai, melon, atau semangka.

Advertisement

Usia cabai yang ditanam Adi saat ini mencapai sekitar sebulan. Dia masih harus rajin menyiram secara berkala selama dua bulan ke depan hingga masa panen tiba. Kegiatan itu dilakukan minimal sebanyak tiga kali dalam sepekan. “Pasokan airnya diambil dari sumur pantek,” kata Adi.

Langkah serupa juga dilakukan petani lainnya, Fauzi. Dia hanya berharap harga cabai sedang dalam posisi yang baik saat dia melakukan panen nanti. Dengan begitu, dia bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan bukannya malah merugi karena harga justru anjlok.

“Kalau harga sekarang katanya Rp8.000 per kilogram. Kalau pas bagus, bisa sampai Rp40.000,” ujar Adi.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Kulonprogo, Bambang Tri Budi Harsono mengatakan, musim tanam pertama bagi tanaman golongan I atau padi biasanya dimulai pada awal Agustus, sedangkan tanaman palawija yang merupakan golongan II dimulai pada awal November.

Bambang lalu mengaku optimis tanaman pangan di wilayah Kulonprogo masih aman dari ancaman bencana kekeringan. Dia belum menerima keluhan warga mengenai kekeringan di lahan pertanian. “Kondisi suplesi air untuk intake [irigasi] Kalibawang dan intake Sapon juga normal,” ucap Bambang.

Advertisement
Kata Kunci : Pertanian Kulonprogo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif