Soloraya
Selasa, 12 September 2017 - 17:35 WIB

IDULADHA 2017 : Naik 3 Kali Lipat, Dispertan KKP Solo Temukan 187 Kasus Penyakit Hewan Kurban

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi hewan kurban (Istimewa)

Dispertan KKP Solo menemukan 187 kasus penyakit hewan kurban pada Iduladha 2017.

Solopos.com, SOLO — Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertan KPP) Solo selesai menyusun laporan terkait hasil pemantauan dan pemeriksaan hewan kurban pada perayaan Iduladha 2017.

Advertisement

Dari evaluasi itu, Dispertan KKP Solo menemukan total 187 kasus penyakit hewan kurban. Jumlah itu naik tiga kali lipat dibanding temuan pada Iduladha tahun lalu yang hanya 68 kasus.

Kepala Dispertan KPP Solo, Weni Ekayanti, menyebut salah satu penyebab meningkatkan temuan kasus penyakit hewan kurban karena jumlah hewan kurban yang disembelih di Kota Solo pada Iduladha 2017 juga lebih banyak ketimbang saat Iduladha 2016.

Dispertan KPP mencatat total ada 12.300 ekor hewan kurban yang disembelih pada Iduladha 2017, Jumat-Senin (1-4/9/2017). Jumlah tersebut lebih banyak 13,5% dari jumlah hewan kurban yang disembelih pada Iduladha 2016 sebanyak 10.936 ekor.

Advertisement

“Jumlah hewan kurban meningkat dibanding 2016. Kesadaran masyarakat semakin meningkat untuk berkurban ditambah lagi harga hewan kurban mengalami kenaikan tidak begitu signifikan,” kata Weni saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Selasa (12/9/2017).

Weni menyampaikan 187 kasus penyakit hewan kurban itu meliputi cacing hati, scabies (kudis), dan cascado (infeksi cacing pada kulit). “Jumlah kasus ditemukan meningkat pada tahun ini. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Salah satunya, kami lebih teliti dalam pemeriksaan. Pada tahun ini kami juga menerjunkan personel tim lebih banyak dari pada tahun lalu hingga mencapai 70 orang,” jelas Weni.

Weni memastikan tim Dispertan KPP tidak menemukan kasus yang menonjol pada Iduladha 2017 seperti hewan kurban terjangkit antraks. Sebelum memasuki Iduladha, Dispertan KPP telah menggelar pelatihan kepada para takmir masjid dan panitia penyembelihan hewan kurban terkait proses pemotongan hewan kurban sesuai syarat teknis dan syari.

Advertisement

Weni yakin pelatihan tersebut berdampak baik bagi masyarakat Solo agar bisa menyembelih hewan kurban dengan baik termasuk memilih hewan yang tepat. “Tim masih menemukan beberapa hewan kurban yang akan disembelih belum cukup umur. Hal itu tidak memenuhi syarat syari penyembelihan hewan kurban. Kami sarankan kepada pemilik untuk menukar hewan kurban. Kambing minimal usia 1 tahun sedangkan sapi 2 tahun,” terang Weni.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo, Hasta Gunawan, meminta kelompok warga atau takmir masjid di 51 kelurahan di Solo mulai mempersiapkan prasarana khusus untuk penyembelihan hewan kurban di wilayah masing-masing. Prasarana tersebut bisa dibuat di kompleks masjid berupa septic tank untuk menampung darah kotoran hewan kurban yang disembelih.

Hal itu agar warga tidak lagi membuang darah maupun mencuci jerohan hewan kurban di sembarang tempat terutama di sungai. “Air sungai akan tercemar jika tercampur isi jerohan sapi atau kambing. Aroma air sungai akan berubah tidak sedap sehingga mengganggu lingkungan sungai,” jelas Hasta.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif