Soloraya
Senin, 11 September 2017 - 09:35 WIB

PERTANIAN SUKOHARJO : 4.000 Ha Sawah Terancam Puso, Petani Minta Penutupan Dam Colo Ditunda

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dan Colo, Nguter, Sukoharjo

Sekitar 4.000 hektare lahan pertanian di Sukoharjo terancam gagal panen.

Solopos.com, SUKOHARJO — Para petani di sejumlah wilayah Kabupaten Sukoharjo meminta agenda rutin penutupan Dam Colo selama Oktober ditunda. Mereka khawatir lahan pertanian mereka gagal panen kalau tidak mendapat pasokan air dari bendungan tersebut.

Advertisement

Ada lebih dari 4.000 hektare lahan pertanian di Sukoharjo yang terancam gagal panen atau puso apabila Dam Colo ditutup pada Oktober mendatang. Para petani meminta penutupan Dam Colo ditunda lantaran ribuan hektare areal persawahan itu sangat membutuhkan suplai air.

Dam Colo ditutup untuk pemeliharaan bangunan selama 30 hari selama Oktober. Saat ini, mayoritas tanaman padi berumur dua bulan sehingga masih membutuhkan pasokan air.

Advertisement

Dam Colo ditutup untuk pemeliharaan bangunan selama 30 hari selama Oktober. Saat ini, mayoritas tanaman padi berumur dua bulan sehingga masih membutuhkan pasokan air.

Apabila Dam Colo ditutup otomatis tak ada pasokan air ke lahan pertanian. “Apabila padi yang berumur dua bulan tak mendapat suplai air dipastikan gagal panen atau puso. Hal ini yang menjadi kekhawatiran para petani menjelang penutupan Dam Colo,” kata Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Saluran Colo Timur, Sarjanto, kepada Solopos.com, Minggu (10/9/2017).

Lahan pertanian yang terancam puso terletak di enam kecamatan yang mendapat pasokan air dari saluran irigasi Colo Timur. Keenam kecamatan itu yakni Sukoharjo, Bendosari, Mojolaban, Polokarto, Grogol dan Nguter.

Advertisement

“Mungkin di Karanganyar ada 2.000 hektare sawah dan Sragen sekitar 8.000 hektare. Umur tanaman padi juga dua bulan dan masih membutuhkan suplai air,” papar dia.

Karena itu, Jigong meminta agar instansi terkait menunda rencana penutupan Dam Colo pada awal Oktober mendatang. Hal ini bakal disampaikan saat sidang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Jateng dan Jatim membahas rencana penutupan Dam Colo pada 20 September.

Jigong menambahkan apabila Dam Colo ditutup dipastikan tak ada suplai air ke areal persawahan yang bisa mengakibatkan puso. Ribuan hektare sawah yang puso bakal memengaruhi produktivitas padi tingkat kabupaten.

Advertisement

“Sumur pantek tak bisa menjadi solusi saat musim kering. Saat musim kemarau, air tanah bakal menyusut tajam sedangkan kedalaman sumur pantek maksimal hanya delapan meter,” terang dia.

Pernyataan senada diungkapkan petani asal Desa Toriyo, Kecamatan Bendosari, Sukardi. Biasanya, sebagian lahan pertanian mulai dipanen pada pertengahan atau akhir September.

Namun, masa tanam (MT) III mundur hingga beberapa pekan sehingga kini tanaman padi baru berusia sekitar dua bulan. Sukardi berharap penutupan Dam Colo ditunda hingga pertengahan Oktober agar tanaman padi tetap mendapat suplai air saat musim kemarau.

Advertisement

“Usaha kami sia-sia jika tanaman padi gagal dipanen. Saya paham penutupan Dam Colo merupakan agenda rutin namun kondisi di lapangan juga harus dipertimbangkan,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif