News
Jumat, 8 September 2017 - 22:30 WIB

Cadangan Devisa di Level Tertinggi, Rupiah Diyakini Terus Menguat

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergerakan kurs rupiah (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Cadangan devisa yang kini berada di level tertinggi diyakini bisa mendorong rupiah terus menguat.

Solopos.com, JAKARTA — Cadangan devisa Indonesia yang kembali menguat menjadi US$128,8 miliar pada Agustus 2017 diyakini dapat menopang penguatan rupiah ke depannya hingga membuka peluang penurunan 7-Day Repo Rate (7-DRR) lanjutan.

Advertisement

Posisi cadangan devisa Indonesia pada Agustus 2017 tercatat US$128,8 miliar ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2017 yang sebesar US$127,8 miliar.

Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa yang berasal dari penerimaan pajak dan devisa hasil ekspor migas bagian pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.

Tidak hanya menguatkan rupiah, ekonom UGM Tony Prasetiantono melihat ini membuka harapan bagi penurunan suku bunga lanjutan oleh Bank Indonesia (BI).

Advertisement

“Meskipun menurut saya belum waktunya turun lagi suku bunga, tapi minimal itu bisa menambah amunisi, membuat konfidens pasar yang sekarang sedang lemah,” kata Tony, Jumat (8/9/2017). Tidak hanya sentimen dari cadangan devisa yang tumbuh, dia menambahkan rupiah dapat menguat seiring dengan pelemahan dolar AS.

Menurutnya, penguatan rupiah ini bisa menjadi modal memecah kebekuan konsumsi yang masih lemah. Penyerapan kredit bank diharapkan lebih cepat. Jika pertumbuhan kredit mencapai 8% semester pertama, dia berharap idealnya dapat mencapai 10% pada akhir tahun.

“Jadi menurut saya wajar kalau kita punya target rupiah lebih kuat lag dari Rp13.300 atau bahkan tahun depan targetnya Rp13.500 itu terlalu pesimis. tenyata sekarang kan mulai ada inflow,” tegas Tony.

Advertisement

Sentimen positif terhadap rupiah yang dinilai “telat” karena baru muncul pada paruh kedua tahun ini disebabkan oleh terperangkapnya Indonesia dalam ketakutan dan ketidakpastian sentimen The Fed. Namun, dia melihat pasar di AS sudah mulai jenuh karena pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam tersebut tidak sesuai ekspektasi awal.

Tahun depan, dia mengungkapkan rupiah diperkirakan bertengger di kisaran Rp13.000 per dolar AS. “Kalau terlalu menguat takutnya malah merepotkan neraca perdagangan,” katanya. Minimal rupiah dapat bergerak di kisaran Rp12.800-Rp13.200 per dolar AS.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan posisi cadangan devisa hingga Juli lalu sebesar US$127,8 miliar merupakan posisi terbesar sepanjang sejarah sehingga volalitas rupiah cenderung terkendali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif