Jatim
Senin, 4 September 2017 - 07:05 WIB

Begini Kemeriahan Festival Balon Udara di Ponorogo

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Balon udara milik peserta Festival Balon Udara 2017 diterbangkan di Lapangan Nongkodono, Kecamatan Kauman, Ponorogo, Minggu (3/9/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Festival balon udara di Ponorogo disambut dengan kemeriahan.

Madiunpos.com, PONOROGO — Edi Suprapto beserta tujuh anggota anggota tim dari Desa Beton, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, membakar daun kelapa kering atau blarak untuk menciptakan asap yang akan dimasukkan ke balon udara.

Advertisement

Setelah asap mulai membesar, balon udara yang awalnya kempes akan mengembang dan membesar. Setelah balon terisi asap dari perapian itu, balon yang mengambil tema kemerdekaan RI dan kesenian reog ini dilepas pelan-pelan ke atas.

Balon udara setinggi tujuh meter dengan diameter sekitar lima meter itu merupakan salah satu dari 46 balon udara di Festival Balon Udara yang diselenggarakan Polres Ponorogo beserta Pemkab dan Ansor Ponorogo di Lapangan Desa Nongkodono, Kecamatan Kauman, Minggu (3/9/2017) pagi.

Advertisement

Balon udara setinggi tujuh meter dengan diameter sekitar lima meter itu merupakan salah satu dari 46 balon udara di Festival Balon Udara yang diselenggarakan Polres Ponorogo beserta Pemkab dan Ansor Ponorogo di Lapangan Desa Nongkodono, Kecamatan Kauman, Minggu (3/9/2017) pagi.

Saat mengudara, balon udara itu beberapa kali berbenturan dengan balon udara lain yang jaraknya berdekatan. Setelah asap habis, balon perlahan-lahan turun dan saat itu anggota tim bersigap menyelamatkan balon supaya tidak menyangkut di pepohonan.

Kepada Madiunpos.com, Edi menuturkan balon udara yang menelan biaya pembuatan sekitar Rp300.000 itu berbahan dasar kertas minyak sebanyak 120 lembar. Dibutuhkan waktu sepekan untuk merangkai balon udara itu.

Advertisement

“Kalau kemarin menerbangkan balon udara dilarang, sekarang justru difasilitasi oleh pemerintah,” ujar dia.

Menurut dia, dalam festival ini aturannya terlalu ketat seperti ketinggian menerbangkan balon udara. Padahal, biasanya dirinya bisa menerbangkan balon udara dengan tinggi tanpa ada batasan jarak.

“Ya kurang asyik, soalnya biasanya kan kalau nerbangin balon udara bisa setinggi mungkin. Tetapi hal itu memang melanggar aturan,” kata Edi.

Advertisement

Kepala Desa Bringinan, Barno, mengatakan dalam festival ini membuat delapan balon udara dengan berbagai bentuk. Dari delapan balon udara yang diikutkan, tiga di antaranya menjadi juara yaitu juara ketiga kategori balon udara terbaik, juara ketiga kategori terkompak, dan juara pertama balon udara terunik.

Pihak desa mendukung sepenuhnya kreativitas warga, hal ini dibuktikan dengan pembiayaan pembuatan delapan balon udara yang menghabiskan biaya sekitar Rp5 juta. Meskipun hadiah yang didapatkan tidak sebanyak biaya yang dikeluarkan, dirinya tetap senang karena bisa mengharumkan nama desa dengan menyabet tiga piala.

Dalam pelaksanaan festival balon udara ini, kata Barno, masih perlu banyak pembenahan. Menurut dia, lokasi antartim terlalu sempit dan berdekatan sehingga membuat balon udara yang terbang kerap bertabrakan dengan yang lain.

Advertisement

“Harusnya tempatnya tidak berdekatan seperti itu. Padahal ukuran setiap balon udara kan berbeda-beda dan terbukti saat diterbangkan banyak yang bertabrakan. Mungkin untuk festival selanjutnya lokasinya bisa lebih luas,” terang dia.

Mengenai pengelolan event perlu diperbaiki lagi supaya bisa menyedot wisawatan dari berbagai daerah. Barno menganggap festival balon udara ini cukup menarik dan bisa menjadi event wisata tahunan. Namun, untuk pengelolaan dan lokasi juga harus diperbaiki supaya lebih menarik.

“Saya mendesak pemerintah juga membuat aturan mengenai balon udara yang diperbolehkan untuk diterbangkan. Kalau sudah ada aturan, masyarakat kan enak untuk menerbangkan balon udara saat Lebaran dan tidak takut diciduk polisi,” terang dia.

Kapolres Ponorogo, AKBP Suryo Sudarmadi, mengatakan festival balon udara ini merupakan yang pertama di Ponorogo dan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan informasi dari Kementerian Perhubungan yang hadir untuk melihat festival balon udara.

“Balon udara adalah salah satu ancaman penerbangan dan itu tidak hanya ada di wilayah Ponorogo, tetapi juga ada di daerah lain. Dengan kegiatan festival ini tentu bisa menjadi solusi untuk mewadahi tradisi masyarakat,” kata Suryo.

Dia menambahkan festival balon udara kali ini termasuk uji coba karena memang sebelumnya belum ada konsep festival seperti ini. Diharapkan untuk festival dengan konsep yang matang bisa dikerjakan pada saat perayaan Idulfitri tahun depan.

“Festival balon udara ini akan digelar pada saat Idulfitri tahun depan. Itu akan lebih meriah,” jelas Suryo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif