Jogja
Minggu, 3 September 2017 - 08:22 WIB

KISAH INSPIRATIF : Pesan Toleransi dari Jeruksari

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kris Wibowo Sulistyo sedang memotong daging sapi di halaman Musala Al-Hadi, Dusun Jeruksari, Desa Wonsari, Kecamatan Wonosari. Jumat (1/9/2017) (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif mengenai kebersamaan di Jeruksari

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Hidup rukun berdampingan tanpa membeda-bedakan suku ras dan agama merupakan suatu cita-cita luhur. Di sudut Dusun Jeruksari, Desa Wonosari, Kecamatan Wonsari, cita-cita luhur tersebut sedang disemai tatkala Hari Raya Iduladha sebagian umat nasrani ikut bergotongroyong saat proses penyembelihan hewan kurban.

Advertisement

Kris Wibowo Sulistyo, 63, merupakan satu diantara warga nasrani di RT 02, Dusun Jeruksari yang ikut berbaur bersama warga muslim di halaman Musala Al-Hadi pada Jumat (1/9/2017) pagi. Kedatangannya ke musala bersama sang istri bukan hanya dengan tangan kosong, ditangannya telah ia gengam sebilah pisau. Tanpa komando, pria yang mengenakan celana pendek dipadu kaos kerah, serta topi loreng itu menggunakan pisaunya mengiris daging.

Bersama dengan dua warga lainnya Kris berdiri mengadapi sepotong paha sapi besar yang hendak dipisahkan antara daging dan tulangnya. Dengan tangkas dia menggunakan pisaunya. Namun sesekali, ia berhenti kemudian mengasah pisau digenggamannya. Untuk memisahkan daging sapi dari tulang-belulang memang diperlukan ketangkasan dan juga pisau yang tajam.

Pagi itu ratusan kilogram daging sapi dengan cepat telah dipotong-potong oleh puluhan warga. Daging dari dua ekor sapi kurban itu pun telah siap dibagikan ke setiap warga. Namun penyembelihan hewan kurban sebagai puncak perayaan Hari Raya Iduladha meninggalkan pesan yang mendalam bagi kehidupan bermasyarakat di Dusun Jeruksari.

Advertisement

Keterlibatan warga non muslim seperti Kris merupakan salah satu wujud kerukunan yang terus disemai di dusun tersebut. Kris sadar bahwa dengan bergotongroyong akan menciptakan sebuah kerukunan dan sekaligus toleransi antar umat beragama di lingkungannya.

“Sejak musala ini berdiri kami [warga non muslim] saat kurban juga ikut membantu. Karena itu tidak lepas dari kerukunan warga, di dalam kegiatan sehari-hari kami sering bantu-bantu, apalagi seperti ini [memotong hewan kurban],” kata bapak tiga anak ini.

Pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN) ini bercerita sejak musala berdiri pada 2012 lalu, sudah empat kali dia ikut membantu memotong daging kurban. Dan selama empat kali itu, ia juga mendapatkan bagian daging kurban. Ia pun selalu antusias saat Hari Raya Idul Adha tiba. Tidak hanya sekedar ingin  mendapatkan sepotong daging, namun dia lebih senang saat momen hari raya tiba semangat gotong royong dan saling berbagi begitu kentara.

Advertisement

“Iya semua warga dapat daging, termasuk saya juga dapat. Biasanya dimasak rendang oleh istri saya. Tapi masaknya tanpa santan, karena sudah sudah faktor umur,” kata pria berkacamata ini sambil bergurau.

Di Dusun Jeruksari, daging hewan kurban selalu dibagikan ke semua warga tidak pandang bulu apakah dia muslim ataupun non muslim. Kepala Dusun Jeruksari, Eko Suranto mengatakan di dusunnya terdapat sekitar 500 kepala keluarga, yang 20% diantaranya merupakan non muslim. “Semua  warga dapat daging kurban tanpa terkecuali,” ungkapnya.

Selain rata dibagikan ke semua warga, di dusunya gotong royong antar umat beragama sudah menjadi suatu kebiasaan. Setiap Hari Raya Iduladha, para warga yang non muslim juga ikut membantu memotong dan membungkus daging sapi yang hendak dibagikan.

Seperti contohnya di Musala Al-Hadi RT 02, yang memiliki empat kepla keluarga non muslin dan semuanya ikut membantu memotong daging kurban. “Sudah menjadi kebiasaan setiap tahun begitu, warga non muslim ikut membantu. Dan begitu juga sebaliknya meskipun di sini tidak ada tempat ibadan untuk non muslim, tapi kami saling menjaga kerukunan,” kata Eko.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif