Entertainment
Minggu, 3 September 2017 - 22:13 WIB

Eksplorasi Musik Etnik Parakosmos Band Boottlesmoker

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Duo musikus elektronika asal Bandung, Bottlesmoker, tampil pada acara Ruang Riang di Brotherhops, Manahan, Solo, Rabu (30/8/2017) malam. (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Duo pop elektronika asal Bandung Bottlesmoker dalam serangkaian acara #2 Ruang Riang di Brotherhops Manahan, Rabu (30/8/2017) malam.

Solopos.com, SOLO--Penampilan terbaru duo pop elektronika asal Bandung Bottlesmoker dalam serangkaian acara #2 Ruang Riang di Brotherhops Manahan, Rabu (30/8/2017) malam disambut meriah. Eksplorasi bunyi yang disajikan duo elektronika asal Bandung Agung Suherman (Angkuy) dan Ryan Nobie Adzanie diterima dengan baik oleh para pendengar Solo. Angkuy yang sebelumnya pesimistis tersenyum lega melihat antusias penonton melebihi ekspektasi.

Advertisement

“Awalnya kami sempat ragu apa temen-temen Solo masih ingat dengan Bottlesmoker. Ternyata banyak yang nonton, pecah. Meskipun Solo awalnya enggak masuk dalam daftar serangkaian tur kami,” kata dia kepada wartawan seusai pementasan.

Sebelum singgah di Solo, mereka menghibur penggemar di beberapa kota sebulan penuh seperti Semarang, Makassar, Samarinda, dan terakhir Denpasar. Memilih judul Parakosmos, album keempat yang banyak dipengaruhi materi musik etnik ini dianggap sebagai titik balik penciptaan karya mereka. Setelah tiga album berturut-turut Bottlesmoker mengusung jenis musik dengan garis besar yang hampir sama.

Dalam album Parakosmos mereka bermain-main dengan ragam bunyi musik tradisional yang mayoritas diisi komposisi vokal wilayah Indonesia Timur. Seperti sebuah ramuan, musik elektronika mereka padukan dengan ragam bebunyian musik tradisional dari seluruh penjuru Tanah Air.

Advertisement

Bekerja sama dengan etnomusikolog asal Amerika Serikat Palmer Keen keduanya melakukan ekspedisi field recording kesenian daerah. Puluhan contoh suara dari Sabang sampai Merauke dikumpulkan sebelum akhirnya dipilih hanya beberapa materi. Paduan suara dari ritual, nyanyian, dan doa-doa juga mereka masukkan untuk memperkaya karya ini.

“Kami sangat puas dalam album ini. Meskipun pada akhirnya ada beberapa pendengar yang tidak suka dengan gaya baru kami karena sangat berbeda dengan album-album sebelumnya,” kata dia.

Melalui album ini, Nobie, menilai lagu-lagu konsep kesenian tradisional di Nusantara hampir senada dengan musik sekarang. Beat musik tradisi dibuat berulang-ulang sesuai dengan garapan modern yang sering mereka mainkan. “Ini seperti gambaran dari dulu kesenian musik kita sudah modern dengan beat repetitif seperti. Irama dan ketukan diulang-ulang,” kata dia.

Advertisement

Seolah Ingin menyempurnakan konsep etnik yang diusung Parakosmos, dalam pentas penutupan promo album di Solo keduanya mengenakan kaus dengan kombinasi kain tradisi. Yang dikenakan sebagai rombi, syal, dan headbands. Nobie mengatakan mereka membuat sendiri kreasi kostum
tersebut agar senada dengan tema album terbaru.

Di Solo Bottlesmoker tampil dengan delapan komposisi musik tanpa vokal. Meski sempat diwarnai dengan konsleting listrik, kolaborasi musik ritmis mereka lancar hingga rampung. Keduanya juga sempat berduet bareng penonton di tengah-tengah pentas.

 

Advertisement
Kata Kunci : Bottlesmoker Musik
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif