Jogja
Sabtu, 2 September 2017 - 00:24 WIB

BANDARA KULONPROGO : Terdampak Pembangunan NYIA, Penambak Udang Panen Dini

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyortir memilih udang sebelum dikemas, di kawasan tambak pantai selatan, Kamis (31/8/2017). Para penambak udang yang berada di kawasan pantai Glagah, terpaksa harus memanen dini udang yang mereka tambak. Hal itu dilakukan untuk menekan kerugian, akibat tergusurnya lahan tambak, karena terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo, dampak pembangunan dirasakan penambak udang

Harianjogja.com, KULONPROGO — Para penambak udang yang berada di kawasan pantai Glagah, terpaksa harus memanen dini udang yang mereka tambak. Hal itu dilakukan untuk menekan kerugian, akibat tergusurnya lahan tambak, karena terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Advertisement

Lahan pasir milik Paku Alam yang akan dijadikan lokasi bandara ini, sebetulnya sangat bagus untuk budidaya udang.  Kendati demikian, berpetak-petak lahan tambak mulai tergusur, karena prosesland clearing mulai merambah areal tambak udang di dekat bibir pantai selatan.

Salah satu penambak udang setempat, Muheri menjelaskan, idealnya udang dipelihara hingga usia 100 hari untuk mencapai size 30. Namun saat ini mereka harus memanen udang, walaupun udang masih berumur 55 hari. Dalam ukuran satu Kilogram (Kg) berisi 110 ekor udang, mereka menjualnya seharga Rp58.000 per Kg. Padahal, apabila udang vaname tersebut dirawat hingga berukuran 30, harganya bisa mencapai Rp113.000 per Kg.

“Saya sempat berpikir sebetulnya untuk mencapai size sekian, tidak harus 100 hari, sampai 40 hari kedepan saja, harganya sudah bisa Rp100.000 per Kg, tapi ya mau bagaimana lagi,” kata dia, yang saat ditemui berhasil memanen udang sebanyak satu ton, Kamis (31/8/2017).

Advertisement

Ia menambahkan, panen dini yang ia lakukan tidak mengakibatkan kerugian yang begitu besar, hanya saja keuntungan yang dicapai tidak sesuai perhitungan di awal. Menurutnya, panen dini yang ia lakukan tidak menyebabkan dirinya menelan kerugian secara signifikan, hanya saja keuntungan yang direncanakan awal tidak bisa tercapai. Lelaki yang menambak sejak 2013 itu sempat berharap, ia bisa mendapatkan waktu 20 hari lagi, hingga siap panen. Namun sebagian besar petambak seperti dirinya, mulai memilih melakukan panen dini.

Tengkulak udang, Edi Purwanto mengatakan, akibat panen dini, harga jual udang menurun hingga 30%. Selain itu terjadi penurunan jumlah udang per Kg. Seblumnya, udang layak jual sesungguhnya berisi 30 ekor, namun saat ini dijual dengan isi 50 ekor per Kg.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif