Jateng
Jumat, 1 September 2017 - 04:50 WIB

PKB Ajak Bangsa Indonesia Tak Tuna Sejarah

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Muhaimin Iskandar memberikan kuliah umum di hadapan para akademisi di Kampus Fisipol Undip, Tembalang, Kota Semarang, Jateng, Rabu (30/8/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

PKB menyangkal anggapan Islam politik bermakna negatif dari orang-orang yang tuna sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Semarangpos.com, SEMARANG —Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin meminta kepada semua pihak agar tidak mudah memaknai Islam politik sebagai sesuatu hal yang negatif. Karena, berdasarkan sejarahnya, tak ada dikotomi antara kebangsaan dan Islam, bahkan perjuangan kemerdekaan adalah kolaborasi solid antara cinta kepada Islam dan cinta kepada tanah air.

Advertisement

“Sejak kelahirannya, gerakan Islam merupakan entitas yang menjadi bagian dari kekuasaan politik atau dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaan yang telah ada. Kompromi, persuasi, koalisi, oposisi, konsensus, bahkan perang, merupakan bagian integral dalam perkembangan Islam,” terang Cak Imin di Kota Semarang, Rabu (30/8/2017). Hal tersebut disampaikan Cak Imin saat menyampaikan materi bertajuk “Membumikan Pancasila dan Islam Rahmatan Lil Alamin dalam Sistem dan Lanskap Politik Nasional dan Daerah” pada stadium generale di kampus Universitas Diponegoro (Undip) di Kota Semarang Jateng.

Ia memaparkan analisisnya mengenai sejumlah persoalan faktual yang tengah dialami bangsa, mulai dari kecenderungan mengerasnya pemahaman agama yang dangkal, kemiskinan, ketidakadilan, dan beragam masalah lainnya. Cak Imin juga mengangkat kembali perdebatan klasik soal Islam dan politik, apakah merupakan dua hal yang semestinya dipisahkan atau menyatu. Menurut dia, jika merunut jejak sejarah nusantara dan dunia, maka Islam dan politik mustahil dipisahkan. “Islam politik janganlah dimaknai sebagai hal yang negatif, namun Islam politik sama sekali tidak identik dengan fundamentalisme,” ujarnya.

Ia menawarkan Islam rahmatan lil alamin sebagai konsep dan ideologi Islam politik yang wajib diturunkan ke dalam program kerja konkret bagi siapapun yang meyakininya. “Islam politik adalah Islam rahmatan lil alamin, Islam yang memanusiakan manusia,” katanya.

Advertisement

Kemanusiaan, kata dia, bermakna rasa belas kasih dan solidaritas kepada siapapun yang membutuhkan, apapun latar belakang agama, sosial dan politiknya, sedangkan keadilan bermakna penegakan hukum seadil-adilnya serta pemenuhan hak mendasar rakyat sesuai konstitusi. “Jangan lagi didikotomikan antara Pancasila dan Islam, kebangsaan dengan Islam. Ada dua kata, adil dalam Pancasila dan ada satu kata kemanusiaan, sudah sejalan secara prinsipil dengan rahmatan lil alamin,” ujarnya.

Menurut Cak Imin, orang-orang yang mendikotomikan Islam dengan kebangsaan adalah kaum tuna sejarah. “Mereka pura-pura lupa bahwa perjuangan kemerdekaan banyak negara Asia Afrika, bahkan negaranya sendiri adalah kolaborasi solid antara cinta kepada Islam dan cinta kepada tanah air,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif