Jogja
Jumat, 25 Agustus 2017 - 18:55 WIB

KEMENKES RI : Gara-Gara Nyamuk, Tahun 2016 Anggaran Rp2 Triliun Habis

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemberian Rekor Muri kepada Menteri Kesehatan RI Prof.Dr.dr. Nila Djuwita F.Moeloek (kiri) oleh Manajer Ekskutif Muri Sri Widayati (kanan) di Politeknik Kesehatan Yogyakarta, Kamis (24/8/2017). (Abi Mufti/JIBI/Harian Jogja)

Kemenkes RI, kerugian akibat nyamuk terbilang besar

Harianjogja.com, SLEMAN — Pemberantasan nyamuk dinilai sangat penting dilakukan karena selama ini uang yang dikeluarkan untuk mengobati berbagai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk seperti malaria, deman berdarah dengue, filariasis, chikungunya, dan japanese encephalitis cukup tinggi.

Advertisement

“Pengendalian nyamuk sangat penting dilakukan karena tahun 2016 saja dana yang digunakan untuk menangani penyakit yang disebabkan oleh nyamuk mencapai Rp2 triliun. Betapa besar biaya yang harus kita keluarkan untuk itu,” ujar Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila Moeloek saat puncak acara peringatan Hari Pengendalian Nyamuk di Politeknik Kesehatan Jogja, Kamis (24/7/2017).

Menurutnya, kerugian yang disebabkan oleh penyakit yang berasal nyamuk begitu besar. Padahal dana tersebut seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat seperti memperbaharui gedung universitas, misalnya.

Ia mengatakan, dampak yang dihasilkan oleh penyakit akibat nyamuk tidak hanya kerugian uang tapi juga kerugian waktu karena yang sakit atau anggota yang mengurusi jadi tidak bisa bekerja,
“Penyakit-penyakit itu juga tetap bisa menyebabkan kematian dan disabilitas,” tambahnya.

Advertisement

Karena itulah ia menyebut upaya untuk memutus rantai penyakit yang ditularkan nyamuk menjadi sangat penting. Nila Moeloek menjelaskan ada dua langkah yang bisa dilakukan masyarakat, yakni mencegah diri supaya tidak digigit dan menghilangkan tempat perkembangbiakan nyamuk.

Untuk mencegah gigitan nyamuk, tambahnya, masyarakat bisa mengoleskan lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu berinsektisida dan menanam tanaman yang bisa mengusir nyamuk seperti lavender, cengkeh, brotowali, kecombrang, bunga matahari dan lain-lain.

“Saya sangat gembira tanaman pengusir nyamuk disosialisasikan kembali. Ada yang namanya tanaman tahi ayam, karena baunya tidak sedap. Tapi ternyata nyamuk juga tidak menyukai bau itu. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan bisa bermanfaat untuk mencegah gigitan nyamuk.”

Advertisement

Namun, ia mewanti-wanti agar semua pihak memikirkan langkah ke depan supaya nyamuk tidak resisten dengan tanaman pengusir atau racun-racun yang lain. Menurutnya lama-kelamaan nyamuk kemungkinan akan kebal dengan sendirinya.

Sebagai informasi, Hari Pengendalian Nyamuk diperingati setiap tanggal 20 Agustus. Hari Pengendalian Nyamuk merupakan peringatan untuk mengenang penemuan plasmodium atau penyebab malaria pada nyamuk anopheles oleh Dokter Ronald Ross pada tahun 1897. Tujuannya sendiri adalah mengingatkan masyarakat tentang pentingnya melakukan upaya pemberantasan terhadap nyamuk secara terus menerus.
Pada puncak peringatan Hari Pengendalian Nyamuk, juga dibarengi dengan penyerahan sertifikat Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas prestasi penanaman tanaman pengusir nyamuk dengan keragaman terbanyak.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah DIY, Gatot Saptadi mengatakan penyakit malaria, dbd, filariasis, chikungunya, dan japanese encephalitis telah membuhuh ribuan orang di Asia Tenggara, karena itulah ia menyampaikan perlunya langkah nyata untuk mengatasi permasalahan tersebut.

“Misalnya dengan melakukan Tiga M, yakni menguras, menutup dan mengubur. Pemakaian lotion anti nyamuk dan kelambu juga merupakan langkah nyata untuk mencegah penyakit yang disebabkan nyamuk,” ucapnya saat membacakan sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif