Jogja
Rabu, 23 Agustus 2017 - 13:41 WIB

KEKERINGAN GUNUNGKIDUL : Lima Telaga di Gunungkidul Direvitalisasi

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sebuah alat berat sedang mengeruk tanah yang ada di Telaga Balong, Desa Balong, Girisubo. Rabu (9/8/2017). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Kekeringan Gunungkidul, matinya telaga terjadi karena pendangkalan dan kualitas air yang rendah.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) melakukan revitalisasi lima telaga di Gunungkidul. Total biaya yang digunakan untuk pembangunan ulang mencapai Rp6,1 miliar.

Advertisement

Lima telaga yang dibangun tersebar di sejumlah kecamatan di Gunungkidul, antara lain di Girisubo, Ponjong, Rongkop dan Saptosari. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Tri Bayu Aji mengatakan, program revitalisasi lima telaga di Gunungkidul sudah dimulai. Diharapkan pembangunan ini selesai di akhir tahun ini.
“Sudah tahap pembangunan dan alokasi anggaran untuk perbaikan mencapai Rp6,1 miliar,” kata Tri Bayu kepada wartawan, Selasa (22/8/2017).

Dia menjelaskan program revitalisasi dilakukan untuk mengembalikan fungsi telaga yang sudah mati. Pasalnya dari lima telaga yang diperbaiki kondisinya telah mati sejak lama.

“Ini baru tahap awal karena ke depannya juga masih akan ada program perbaikan lainnya,” katanya.

Advertisement

Kepala Desa Balong, Girisubo Suwardiyanto mengakui jika Telaga Piji yang ada di Desa Balong mendapatkan program revitalisasi dari BBWSSO. Menurut dia, hingga sekarang program perbaikan sudah terlaksana dan ditargetkan selesai pada akhir tahun nanti.

“Masih berjalan dan saat ini memasuki proses pengerukan terhadap sedimentasi di dalam telaga,” katanya, kemarin.

Menurut dia, Telaga Piji sudah lama mati. Hal ini terjadi karena adanya pendangkalan karena tanah yang terbawa aliran tanah masuk ke dalam telaga. Akibatnya, telaga yang semula sebagai tandon air tidak berfungsi karena pendangkalan.

Advertisement

“Saat hujan memang ada airnya tapi tidak baik. Namun saat hujan berhenti, air di telaga cepat mengering,” katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Desa Girisekar, Kecamatan Panggang Sutarpan. Menurut dia, Telaga Serapual yang sedang diperbaiki sudah sejak sepuluh tahun lalu mati karena pendangkalan. Diharapkan dengan adanya perbaikan maka fungsi telaga dapat kembali normal.

“Sebelum ada perbaikan telaga tidak bisa digunakan karena kondisinya rata dengan tanah. Mudah-mudahan perbaikan tersebut dapat mengembalikan fungsi telaga sehingga dapat digunakan masyarakat untuk beraktivitas, khususnya saat musim kemarau,” tutur Sutarpan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif