Jogja
Selasa, 22 Agustus 2017 - 11:20 WIB

20 Anak dan Remaja Ikut Festival Dalang Bocah 2017

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu peserta Festival Dalang Bocah 2017 sedang menunjukkan kemampuan mendalangnya, Senin (21/8/2017). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Dasar-dasar pedalangan jadi penilaian utama pada Festival Dalang Bocah 2017

Harianjogja.com, BANTUL–Dasar-dasar pedalangan jadi penilaian utama pada Festival Dalang Bocah 2017 yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Bantul di Tembi Rumah Budaya, Senin-Selasa (21-22/8/2017). Komponen penilaian tersebut diantaranya suluk, keprak’an, kesusastraan, karawitan, gending, cepengan dan sabet.

Advertisement

Selain itu, menurut Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia Komisariat Daerah (Pepadi Komda) Bantul, Ki Hadi Sujanto para peserta festival bebas memainkan lakon wayang apapun. Menilik kemampuan mendalang para peserta masih terbatas serta festival ini ditujukan untuk pembibitan. “Dasar-dasar pedalangan yang akan dinilai,” ungkapnya pada Senin (21/8/2017).

Hal senada disampaikan oleh Kepala Bidang Adat Seni dan Tradisi Dinas Kebudayaan Bantul, Dodik Koeswardono. Menurutnya, agenda tahunan ini dimaksudkan untuk pembibitan karena kini profesi dalang semakin ditinggalkan generasi muda. Maka kategori pesertanya pun juga diikuti oleh para anak-anak dan remaja usia SD hingga SMA.

“Festival dalang bocah se-Bantul ini diikuti 20 dalang, dibagi dua kategori yakni kategori anak diikuti 13 dalang dan kategori remaja 7 anak,” katanya.

Advertisement

Dodik menuturkan peserta festival ini tidak hanya berasal dari sejumlah sanggar dalang di Bantul saja tetapi juga dari pembibitan dalang di sejumlah sekolah. “Ada yang dari sekolah ada yang dari sanggar,” imbuhnya.

Dalam pelaksanaannya, peserta festival dalang bocah diberikan waktu 20 menit buat mendalang. Lalu penampilah mereka bakal dinilai lima juri yang telah ditunjuk Disbud Bantul mewakili beberapa unsur baik dari praktisi maupun akademisi.

Seorang peserta, Gati Pamungkas Sudarmaji (10) mengaku telah dua kali mengikuti festival ini. Ia mengaku termotivasi untuk turut serta melestarikan kebudayaan. Apalagi seni pewayangan adalah salah satu budaya leluhur. “Saya belajar dalang di Sanggar Ayodya Kasihan, sudah tiga tahun saya belajar,” ucap anak kelas 5 SD ini.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif