Soloraya
Senin, 21 Agustus 2017 - 12:30 WIB

INFRASTRUKTUR SRAGEN : Jalan Penghubung 2 Museum Sangiran Ambrol

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melewati jalan setapak di pinggir jurang menganga lantaran jalan penghubung Museum Ngebung dan Museum Krikilan, Sangiran, Kalijambe, Sragen, putus, Minggu (20/8/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Infrastruktur Sragen, jalan penghubung museum Sangiran longsor.

Solopos.com, SRAGEN — Jalan beton penghubung Museum Manusia Purba Ngebung dengan Museum Manusia Purba Krikilan, Sangiran, Kalijambe, Sragen, putus lantaran tanah di bawah beton longsor ke tebing sedalam 5 meter. Jalan itu juga menghubungkan Dukuh Gupak di Desa Ngebung dan Dukuh Pablengan di Desa Krikilan.

Advertisement

Para warga hanya bisa melintasi jalan setapak di pinggir jurang yang menganga itu dengan jalan kaki atau menaiki motor. Material beton selebar 3 meter dan sepanjang 30 meter ikut terjatuh ke jurang. Beton itu yang dibangun belum genap lima tahun itu baru kelihatan bila tidak ada kerangka besi sebagai ototnya.

“Kalau mobil sudah tidak bisa lewat sini. Warga yang bermobil menuju ke Ngebung harus memutar lewat Menara Pandang Sangiran yang jaraknya lebih jauh sampai kilometeran. Jalan ini hanya cor biasa dan tidak ada otot besinya. Kalau ada otot besinya ya tidak sampai ikut ambrol. Peristiwa putusnya jalan penghubung objek wisata Sangiran ini sudah lama. Ya, sekitar lima bulan ada,” tutur Sukiman, 48, warga Dukuh/Desa Krikilan RT 008, Kalijambe, Sragen, saat ditemui wartawan, Minggu (20/8/2017), di lokasi jalan putus tersebut.

Sukiman mengatakan jalan penghubung antarobjek wisata itu bukan jalan desa tapi milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen. Peristiwa putusnya jalan itu, kata dia, sudah diketahui Kepala Desa Krikilan karena lokasinya berada di wilayah Desa Krikilan.

Advertisement

Dia berharap jalan tersebut bisa diperbaiki lagi agar tidak menganggu aktivitas warga dan para wisatawan yang berkunjung ke Museum Ngebung dan Krikilan, Sangiran.

Warga lainnya, Jasman, 45, menyampaikan kontur tanah di wilayah Krikilan dan Ngebung masih labil. Dia mengatakan tanah masih bergerak saat musim penghujan karena jenis tanahnya berupa tanah padas empuk. Dia menjelaskan tanah kalau kena air hujan mudah larut dan mudah longsor.

“Jalan ini dibangun baru pada 2012 lalu. Tanah longsor itu tidak seketika tetapi bertahap. Awalnya hanya longsor sisi tebingnya. Longsornya semakin kuat saat musim hujan lalu. Pohon jati saja terbawa gerakan tanah longsor itu,” tutur Jasman.

Advertisement

Tanah dan jalan beton itu ambrol memenuhi pekarangan milik Lanjar, 40, warga Dukuh/Desa Krikilan RT 008 seluas 6.000 m2. Tanah pekarangan itu merupakan warisan dari orang tuanya.

“Gerakan tanahnya memang aneh. Tanah jalan itu ambles tetapi ladang saya yang semua cekung menjadi gundukan. Banyak batang jati yang tertimbun tanah. Banyak pula pohon jati yang ambruk karena terbawa longsor tanah labil itu. Pohon itu itu segera saya tebangi saja untuk kayu bakar,” kata Lanjar.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen, Marija, saat ditemui wartawan di kantornya, Jumat (18/8/2017), mengaku belum mendapat laporan tentang jalan putus di wilayah Sangiran. Kalau pun ada laporan dari masyarakat, Marija pun harus melihat kelas jalan itu benar-benar milik Pemkab Sragen atau milik desa.

“Sekarang kami tidak boleh mendanai pembangunan jalan desa karena di desa sudah ada dana desa. Kalau sampai nekat ya bisa menjadi temuan BPK [Badan Pemeriksa Keuangan]. Kami baru fokus untuk perbaikan infrastruktur di Sangiran pada 2018 mendatang, yakni berupa jalan dan jembatan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif