Jogja
Minggu, 20 Agustus 2017 - 10:20 WIB

EKONOMI KREATIF : Olah Limbah dari Dalam Jeruji Besi

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pembina menunjukkan hasil karya narapidana yang dipamerkan di Taman Pintar dalam rangka Pameran Pembangunan 2017, Jumat (18/8/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif kali ini berupa pengolahan limbah yang ada di sekitar

Harianjogja.com, JOGJA — Berada di dalam tahanan tidak membuat narapidana lesu. Mereka tetap bersemangat membuat hasil karya yang bahannya terkadang berasal dari limbah yang sudah tak membawa banyak manfaat bagi manusia.

Advertisement

Siapa bilang di dalam rumah tahanan semua aktivitas akan ikut tertahan? Siapa bilang di dalam jerusi besi seorang narapidana tak bisa berkarya? Pertanyaan-pertanyaan itu tak terbukti saat melihat pameran yang diikuti Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Kantor Wilayah DIY di Taman Pintar, Jumat (18/8/2017). Satu stan yang luasannya sekitar 5×2 meter yang berada di jajaran paling depan itu penuh dengan hasil karya narapidana.

Ada sembilan rutan (rumah tahanan) di DIY, dua di antaranya adalah Kelas IIB Cebongan Sleman dan Lapas IIA Wirogunan Jogja. Kesembilan lapas dengan bangga mempersembahkan hasil karya napi, mulai dari produk kerajinan sampai produk makanan seperti ikan asin.

Aris Suprihadi selaku Penyuluh Hukum Madya Kemenkumham Kanwil DIY kepada Harian Jogja mengatakan, masing-masing lapas memiliki ciri khasnya tersendiri. “Kalau Cebongan Sleman lebih dikenalnya dari produk perkayuannya,” katanya pada HarianJogja.com.

Advertisement

Beberapa produk yang dihasilkan adalah kentongan yang diukir dengan bentuk wayang dan dijual dengan harga Rp200.000-Rp400.000. Ada pula sangkar burung dan keset dari batok kelapa. Beberapa produk memang terbuat dari limbah, seperti halnya keset. Agar bernilai jual tinggi, limbah batok kelapa masih diukir menjadi bentuk kancing baju dan baru dianyam menjadi keset.

Sena Budi Wahyana selaku Pembina Warga Binaan di Lapas Cebongan mengatakan, sejauh ini tidak ada kendala untuk mendapatkan bahan baku. Kendalanya justru tempat yang masih terbatas untuk menyimpan bahan baku limbah tersebut sebelum diolah. Beruntung, proses produksi berlangsung cepat sehingga bahan baku akan cepat terserap.

Selain dari batok kelapa, para napi juga mengolah limbah karpet dari pabrik besar menjadi keset. Ada pula kertas rokok yang dikreasikan menjadi pernak-pernik.

Advertisement

Setiap napi memiliki keahlian masing-masing. Mereka dipersilakan untuk memilih cabang usaha sesuai minat dan bakatnya. Tidak hanya menyumbang untuk negara lewat pajak, usaha mereka pun dihargai dengan nominal yang cukup yaitu Rp300.000 per napi per bulan untuk menjadi tabungan pribadinya.

Selama ini, produk yang dihasilkan terutama untuk produk kerajinan, langsung dijual kepada pihak distributor dan toko besar seperti Margaria. “Kerajinan panel bambu bisa sampai Australia,” imbuh Emon Yudo selaku Pembina Lapas Wirogunan.

Hasil karya napi juga mendapatkan tempat terhormat di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Salah satu stan di sana diberikan secara khusus untuk napi di DIY guna memamerkan hasil karyanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif