Jogja
Sabtu, 19 Agustus 2017 - 09:22 WIB

Melepas Rindu di Prambanan Jazz Festival 2017

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penampilan group band The Groove pada pagelaran Prambanan Jazz Festival di Yogyakarta, Jumat (18/8/2017). (Nurul Hidayat/JIBI/Harian Jogja)

Prambanan Jazz Festival 2017 tidak hanya memuaskan pecinta musik jazz tetapi juga mengajak bernostalgia

Harianjogja.com, SLEMAN — Musikus Indonesia yang tenar pada tahun 1990-an mengguncang panggung Prambanan Jazz Festival 2017 pada hari pertama penyelenggaran hajatan musik yang sudah masuk tahun ketiga tersebut. Penampilan musisi musisi lawas tersebut bisa menjadi pelepas kerinduan bagi mereka yang tumbuh di era 1990-an.

Advertisement

Parade penampilan musisi 1990-an dibuka oleh aksi Emerald Bex. Sebuah band beraliran jazz fushion yang dibentuk pada tahun 1986. Selepas Emerald Bex tampil menyanyikan beberapa hitnya seperti Hanya Angan dan pasti Dapat, gantian Lingua yang naik panggung. Grup vokal yang terdiri dari Frans Mohede, Amara, dan Arie Widiawan itu membawakan lagu andalan mereka seperti Bila Kuingat dan Jangan Kau Henti.

Baca Juga : Mau Nonton Prambanan Jazz Festival 2017? Simak Jadwal Ini

Advertisement

Baca Juga : Mau Nonton Prambanan Jazz Festival 2017? Simak Jadwal Ini

Kemudian panggung festival show yang khusus diperuntukkan bagi musisi-musisi Indonesia itu berturut-turut dijejaki oleh Ipang, vokalis grup band BIP, dan Rif, band rock asal Kota Bandung yang berdiri pada 1992. Rif tampil penuh energi saat menendangkan beberapa nomor andalan mereka seperti Nikmati Saja, Radja dan Lo Tu Ye. Band yang digawangi Andy dan Ovy itu mampu memaksa penonton bernyanyi dan berjoget bersama.

“Tak terasa kami sudah 23 tahun melakukan Rock n Roll. Terima kasih kepada semua yang susah mau datang menyaksikkan musisi-musisi Indonesia,” jelas Andy saat menutup penampilannya, Jumat (18/7/2017).

Advertisement

Semua penampilan band-band yang tenar ditahun 1990-an itu adalah bagian dari konsep yang bernama 90’s moment. Menurut founder Prambanan Jazz sekaligus CEO Rajawali Indonesia Communication, Anas Syahrul Alimi, 90’s moment merupakan salah satu hal baru yang ditampilkan pihaknya pada perhelatan Prambanan Jazz Festival 2017.

“Selain waktu pelaksanaan yang lebih panjang jadi tiga hari, 90’s moment adalah hal baru lain yang kami tawarkan, supaya penonton yang tumbuh di era 90’an bisa bernostalgia,” jelasnya.

Media Promotion Prambanan Jazz Festival 2017, Ovie Ermawati menambahkan, pihaknya sengaja menghadirkan 90’s moment untuk memperluas pangsa pasar. Menurutnya, saat hari kedua penyelenggaran Prambanan Jazz Festival 2017 akan menampilkan banyak musisi muda semacam tulus dan Kunto Aji.

Advertisement

“Jadi biar imbang lah dan supaya semua segmen masuk. Yang muda bisa menikmati musik favorit mereka dan yang tumbuh di tahun 1990-an juga bisa. Selama ini promotor juga sangat jarang mengelar konser bertema demikian. Dan yang tak kalah penting buat menyatukan kembali grup yang vakum seperti Lingua, misalnya,” jelasnya.

Andre Hehanusa saat jumpa pers sebelum Prambanan Jazz Festival 2017 resmi dibuka menyatakan, sangat bahagia bisa tampil untuk pertama kalinya di ajang musik yang mengangkat tema art, music dan culture itu karena menurutnya ajang tersebut merupakan festival musik yang besar.
“Semoga bisa jadi festival musik alternatif terbesar di Indonesia dan bisa memberikan manfaat yang besar,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu penonton bernama Ardi yang jauh jauh datang dari Jakarta mengaku sengaja datang ke Prambanan Jazz Festival untuk menikmati penampilan musisi favoritnya yakni Katon Bagaskara. Menurutnya lagu-lagu vokalis Kla Project itu mampu membuat dirinya tenang.

Advertisement

“Favorit saja adalah Negeri di Awan dan Jogja. Lagunya bikin adem. Apalagi suasana di sini sangat mendukung. Setelah melihat situasinya, ada kemungkinan saya akan datang selama tiga hari penuh karena saya memang suka musik sih,” tuturnya.

Pengunjung lain bernama Dewi yang berasal dari Solo menyampaikan konsep 90’s moment sangat unik. Menurutnya selama ini sangat jarang ada konser yang menampilkan musisi-musisi tenar tahun 1990-an dalam jumlah banyak. Paling banyak, imbuhnya, konser konser hanya menampilkan dua artis lawas.

Ia melanjutkan artis-artis yang ditampilkan sudah sangat mewakili generasi 90-an seperti Base Jam, Rif, Andre Hehanusa, Ada Band dan Katon Bagaskara. Dewi menyampaikan, setidaknya 90’s moment bisa mengobati kerinduannya terhadap penampilan musisi musisi lawas tersebut, sekaligus sebagai ajang nostalgia mengenang kembali masa-masa saat ia beranjak remaja dulu.

Tak hanya menarik perhatian masyarakat biasa, hari pertama penyelenggaran Prambanan Jazz Festival juga mampu menarik hati Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X. Penguasa Kadipaten Pakualaman itu sengaja datang malam-malam ke perhelatan tersebut untuk menyaksikkan salah satu band yang tampil di Panggung Special Show yakni Shakatak, band asal Inggris beraliran jazz funk.

“Saya dari dulu suka mereka, sekarang penasaran mereka seperti apa sekarang saat sudah tua. Festival musik seperti ini sangat bagus, tidak hanya untuk pariwisata, tapi juga bisa menjadi katarsis saat kita sedang jenuh dengan rutinitas. Alternatif yang sangat baik menurut saya,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif