Jatim
Sabtu, 19 Agustus 2017 - 09:05 WIB

KISAH INSPIRATIF : Catur Adi Sagita Bangun Rumah untuk Ortu dari Hadiah Lomba Catur

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Catur Adi Sagita bermain catur dengan salah satu siswa di sekolah catur Percasi Pacitan, Kamis (17/8/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Kisah inspiratif, perjalanan Catur untuk menjadi seorang atlet catur profesional penuh tantangan.

Madiunpos.com, PACITAN — Perjalanan pelajar SMA Negeri 1 Pacitan, Catur Adi Sagita, 16, untuk menjadi pecatur profesional tidak mudah. Catur harus berjalan kaki sekitar 4 km untuk mengikuti program latihan dari Percasi Pacitan.

Advertisement

Catur merupakan anak keempat dari pasangan Supriyadi dan Suprapti, warga Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan. Supriyadi mencari nafkah sebagai buruh tani dan Suprapti bekerja sebagai pencari kayu bakar.

Meski di tengah keterbatasan ekonomi, Catur tidak pernah menyerah untuk mewujudkan cita-citanya. Sejak namanya muncul di dunia percaturan di Pacitan, banyak mata meliriknya. Salah satunya Percasi Kabupaten Pacitan yang berniat membina anak tersebut. Percasi melihat bakat yang luar biasa dalam diri Catur.

Advertisement

Meski di tengah keterbatasan ekonomi, Catur tidak pernah menyerah untuk mewujudkan cita-citanya. Sejak namanya muncul di dunia percaturan di Pacitan, banyak mata meliriknya. Salah satunya Percasi Kabupaten Pacitan yang berniat membina anak tersebut. Percasi melihat bakat yang luar biasa dalam diri Catur.

Catur bersama ketiga kakaknya yaitu Mahendra Adi Saputra, Lovita Adiati, dan Ade Ajeng Tria Adila, berlatih di Percasi Pacitan. Saat berlatih catur, mereka bersama-sama berangkat dari rumah di Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, dengan naik angkutan umum.

Kemudian mereka turun di Terminal Arjowinangun dan harus berjalan kaki sekitar 4 km untuk sampai di tempat berlatih catur di SDN Pacitan. (baca: Pecatur Muda Pacitan Raih 3 Medali Emas di Tiongkok)

Advertisement

Kemudian, ada seorang guru di SDN Pacitan bernama Asraf yang mengadopsi Catur. Catur kemudian tinggal dan dirawat di rumah Asraf di Desa Menadi, Kecamatan Pacitan.

“Saya awalnya sekolah di SDN Purwoasri, kemudian setelah tinggal bersama Pak Asraf, saya pindah sekolah di SDN Pacitan,” jelas dia.

Selain Catur, ketiga kakaknya juga jago dalam bermain catur. Namun, yang sampai ke kejuaraan internasional hanya dirinya. Sedangkan kakaknya yang lain pernah menjadi atlet mewakili Pacitan di ajang Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur.

Advertisement

Rumah Digusur

Pada saat masih SD, rumahnya juga sempat digusur karena terdampak pembangunan ring road. Dia bersama keluarganya kemudian membangun gubuk di bekas rumahnya yang kini menjadi ring road.

Dengan bimbingan secara rutin dan intensif, Catur tumbuh menjadi remaja yang semakin matang di bidang catur. Dia semakin memantapkan dirinya sebagai atlet catur. (baca juga: Pecatur Muda Pacitan Diganjar Beasiswa)

Advertisement

Belasan pertandingan dari mulai tingkat lokal, regional, hingga nasional mulai diikutinya. Menang dan kalah sudah menjadi hal biasa. Namun, pertandingan demi pertandingan dianggap sebagai pelajaran dan pengalaman yang berharga. Berbagai piala dan sertifikat penghargaan juga telah diraihnya.

Atas pembuktiannya di ajang regional hingga nasional itu, Catur kemudian mengikuti di kejuaraan internasional di Jogjakarta pada tahun 2010 dan mendapatkan medali emas.

Untuk membantu perekonomian keluarganya, Catur kerap mengikuti turnamen terbuka di berbagai daerah. Untuk hadiah uang yang diterima diberikan kepada orang tuanya. Terkadang dia mendapatkan hadiah senilai Rp2 juta hingga Rp3,5 juta.

Pelatih Catur di Percasi Pacitan, Resi Adji, mengagumi bakat yang dimiliki Catur di bidang permainan catur. Dia memahami permainan catur dari dasar hingga menjadi seorang profesional.

Resi mengakui Catur kerap jalan kaki sekitar 4 km untuk mengikuti latihan rutin di Percasi Pacitan. Semangat Catur untuk belajar sangat tinggi dan penuh ambisi. “Dia memang berasal dari keluarga kurang mampu. Tetapi, semangatnya untuk belajar sangat tinggi meski semuanya serba terbatas,” kata Resi.

Hasil dari jerih payahnya menjuarai berbagai kejuaraan dan turnamen diberikan kepada orang tuanya. Dan kini, hasil jerih payahnya bisa untuk membangun rumah bagi orang tuanya di Desa Purwoasri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif