Jogja
Rabu, 16 Agustus 2017 - 11:22 WIB

PENATAAN SUNGAI : Inilah Konsep Restorasi Sungai Istimewa

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wawali Jogja Heroe Purwadi saat meninjau lokasi bantaran Sungai Winongo di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Minggu (6/8/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Penataan sungai, muncul gerakan restorasi sungai istimewa

Harianjogja.com, JOGJA — Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi mengumpulkan semua komunitas sungai, sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), hingga akademisi di ruang rapat kerjanya, Selasa (15/8/2017) siang. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan membuat gerakan restorasi sungai istimewa.

Advertisement

Baca Juga : PENATAAN SUNGAI : Heroe Ingin Jadikan Jogja Pusat Studi Sungai

Pakar Hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono yang ikut dalam tim persiapan gerakan restorasi sungai istimewa mengatakan target dari gerakan yang akan dicapai adalah membuat masyarakat ramah dengan sungai dan menjadikan sungai bagian dari kedidupan.

Disamping menjadikan air sungai yang bersih dan sehat, kata dia, juga menghidupkan kembali ekosistem sungai yang sudah lama hilang karena masih adanya limbah rumah tangga dan industri yang dibuang ke sungai. Ia mengapresiasi program mundur, munggah, madep kali (M3K) yang sudah berjalan.

Advertisement

Namun Agus mengkritisi pembangunan talud disepanjang aliran sungai karena berpotensi mematikan sumber mata air dan ekosistem sungai.

“Morpologi kiri kanan sungai enggak boleh beton semua, harus ada ruang. Kalau beton semua itu nmanya bukan sungai tapi selokan,” ujar Agus.

Pria yang dinobatkan sebagai pelopor restorasi sungai dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2015 lalu itu mengatakan pinggiran sungai butuh tanaman sebagai peneduh dan juga tempat bersarangnya biot air.

Advertisement

Agus menyarankan pemerintah untuk memperketat kawasan sempadan sungai. Menurut dia, program M3K tidak cukup hanya memundurkn bangunan rumh satu sampai dua meter, melainkan mundur sejauh mungkin. Jika mengacu pada aturan, sambungnya, kawasan sempadan ditetapkan bebas bangunan minimal 10 meter untuk sungai dengan kedalaman tiga meter, dan 15 meter untk sungai dengan kedalaman diatas tiga meter.

Ia menilai sungai di Jogja memiliki keunikan di banding sungai-sungi lainnya. Tiga sungai yang melintasi pemukiman itu, kata dia, bisa disaksikan dari atas udara. Agus membayangkan jika sepanjang sungai dipasang lampion akan menambah keunikan dan keindhan sungai.

Dosen Sekolah Vokasi UGM, Adi Kurniawan menyatakan dengan tertatanya sungai kedepan diharapkan lebih menarik bagi turis. Dalam pertemuan dengan wakil wali kota Jogja itu, Adi mengusulkan adanya kegiatan rutin tahunan yang melibatkan semua komunitas sungai dan masyarakat.

Kegiatan yang dimaksud semacam Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). “Mungkin bisa semacam Jogja Rever Week yang sudah pernah kami gelar pada 2015 lalu,” kata dia. Ia menjelaskan Jogja Rever Week sebagai penyadaran soal sungai dengan kemasan budaya, seni, edukasi, kuliner hingga usaha kecil menengah (UKM).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif