Soloraya
Selasa, 15 Agustus 2017 - 14:00 WIB

3 Sekolah di Sragen Tolak Imunisasi MR, DKK Gencarkan Kampanye

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi imunisasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Penolakan terhadap imunisasi MR terjadi di Sragen.

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen per Sabtu (12/8/2017), telah melakukan imunisasi terhadap 84.437 anak atau 44,70% dari target sasaran imunisasi Measles-Rubella (MR)/ campak-rubella sebanyak 211.624 anak.

Advertisement

DKK membutuhkan 26.500 vial vaksin MR untuk menyelesaikan program imunsasi massal tersebut hingga September mendatang. Kini, DKK menggiatkan kampanye imunisasi MR ke sejumlah sekolah mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) atau madrasah tsanawiyah (MTs).

Imunisasi MR dilakukan secara massal sebagai upaya memutus transmisi penularan virus campak dan rubella pada anak usia sembilan bulan sampai 15 tahun tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Sragen, dr. Joko Haryono, saat ditemui Senin (14/8/2017), menyampaikan penyakit campak dan rubella itu berbahaya. Penyakit campak, kata dia, bisa menyebabkan komplikasi seperti radang paru, radang otak, kebutaan, gizi buruh, dan kematian.

Advertisement

Sementara rubella, jelas dia, biasanya berupa penyakit ringan pada anak tetapi bisa menular ke ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan. Penyakit itu, ungkap dia, bisa menyebabkan keguguran, kecatatan pada saat bayi dilahirkan (syndrome rubella congenital) yang meliputi kelainan jantung, mata, kutilan, dan keterlambatan perkembangan.

“Sasaran kami yang wajib imunisasi MR sebanyak 211.624 orang. Selama Agustus ini, kami baru selesai menyasar 84.437 orang per Sabtu lalu. Kami menargetkan sampai September mendatang bisa menyasar minimal 95% dari total wajib imunisasi itu. Bila target itu terpenuhi maka Sragen berani mencanangkan Sragen Bebas MR pada 2019 mendatang atau mendahului dari target nasional,” ujar Joko didampingi Kabid Kesehatan Masyarakat Fanny Fandani di kantin DKK Sragen.

Joko menjelaskan vaksinnya memang baru diberikan sebanyak 14.900 vial dari total kebutuhan 26.500 vial. Joko tidak khawatir karena kebutuhan vaksin pasti dipenuhi pemerintah pusat dan turunnya ke Sragen bertahap.

Advertisement

“Bagi anak yang sakit tidak boleh diimunisasi dulu sampai benar-benar sembuh. Imunisasi itu diberikan secara gratis. Tetapi bila imunisasi sendiri biayanya mencapai Rp400.000 per orang,” tuturnya.

Selama melakukan imunisasi ke sejumlah sekolah, Joko pun sempat menghadapi kendala yang berarti karena adanya penolakan dari orang tua siswa maupun dari sekolah bersangkutan. Sampai sekarang, Joko mencatat sudah ada tiga sekolah yang menolak imunisasi MR itu. Namun Joko tidak putus asa. Ia masih terus berusaha untuk memahamkan warga yang menolak.

“Isu tentang kandungan unsur babi yang marak di media sosial itu kurang benar. Dari hasil pemeriksaan unsur babi pada vaksin MR sudah tidak ada jadi aman untuk anak. Gara-gara banyaknya informasi yang tidak mendukung imunisasi MR, ada informasi bila Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Bareskrim Mabel Polri untuk menjerat pelaku di media sosial lewat UU ITE,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif