News
Kamis, 10 Agustus 2017 - 23:00 WIB

Daya Beli Melemah? Orang Pilih Jalan-Jalan Ketimbang Pamer HP

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi travelling (www.stuff.co.nz)

Anggapan daya beli melemah mulai terjawab. Pola hidup orang kelas menengah kini memilih jalan-jalan daripada pamer HP baru.

Solopos.com, JAKARTA — Kendati pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2017 melemah namun hal tersebut tak berdampak pada pola hidup masyarakat kelas menengah. Bisa jadi, inilah yang tak terdeteksi saat berbagai statistik menunjukkan lesunya konsumsi alias daya beli masyarakat.

Advertisement

Pasalnya, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Ari Kuncoro, menilai ada perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia khususnya kelas menengah yang kini cenderung hedon.

Hedonisme tersebut ditunjukkan dengan pola masyarakat kelas menengah yang mengubah gaya hidup. Mereka memilih mengurangi belanja pakaian dan barang-barang elektronik, namun memilih menghabiskan uang untuk jalan-jalan.

“Mereka tidak beli pakaian karena pendapatannya digunakan untuk jalan-jalan, nginap di hotel, atau pergi wisata ke Bali dan negara lain,” ujar Ari di Jakarta, Kamis (10/8/2017).

Advertisement

Menurutnya, perubahan tersebut merupakan fenomena yang terjadi saat ini. Masyarakat kini sudah terlena menikmati hidup menjadi masyarakat kelas menengah di era booming komoditas periode 2010. Kendati demikian, perubahan pola gaya hidup tersebut rupanya tak berbanding lurus dengan pendapatan yang diterima.

“Ketika kebutuhan untuk menunjukkan aktualisasi diri sebagai kelas menengah timbul, tapi pendapatan tidak naik, maka mereka harus memilih apa yang saya beli. Nah, barang yang bisa menunjukkan eksistensi mereka sebagai kelas menengah adalah jalan-jalan,” paparnya.

Saat ini fenomena yang berkembang di masyarakat adalah dengan saling menunjukkan atau mengunggah foto jalan-jalan ke media sosial, dan bukan memamerkan ponsel barunya. Selain jalan-jalan, Ari menilai pasar makanan dan minuman yang masih bertumbuh juga menjadi pertanda adanya hedonisme.

Advertisement

Menurutnya, saat ini kecenderungan orang pergi ke mal atau jalan-jalan, bukan untuk belanja melainkan hanya untuk makan. “Baju dan elektronik dikurangi pembeliannya, tapi sepatu masih dibeli. Yang masih oke makanan. Ini belum tentu juga pindah ke online, karena walaupun ada pergeseran dari offline ke online. Tapi produksi pakaian dan barang elektronik turun, jadi mereka pindah bukan ke online, melainkan membeli yang lain,” terangnya.

Jika menilik pada data Badan Pusat Statistik (BPS), meski sebagian besar sektor mengalami penurunan namun di sektor hotel dan restoran justru mengalami lonjakan yang cukup signifikan.

Di kuartal II/2017 sektor hotel dan restaurant berada di angka 5,87% dari 5,43% di kuartal I/2017 dan 5,48% di kuartal II/2016. Sedangkan sektor makanan dan minuman naik tipis diangka 5,24% pada kuartal II/2017 dari 5,21% di kuartal I/2017 dan 5,26 di kuartal II/2016.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif