Jogja
Rabu, 9 Agustus 2017 - 03:20 WIB

PEMDA DIY : Fokus ke Selatan, Usung Among Tani Dagang Layar

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi proyek pembangunan jalan tol. (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Pemda DIY memiliki posisi strategis perekonomian di kawasan Samudera Hindia.

Harianjogja.com, JOGJA — Tema visi dan misi yang fokus pada pemaksimalan esensi dari keberadaan Samudera Hindia memunculkan paradigma baru pada pola pembangunan DIY lima tahun ke depan. Angka kemiskinan dan ketimpangan wilayah yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) DIY dinilai cukup tinggi menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah DIY.

Advertisement

Itulah sebabnya, dalam pemaparan visi dan misi, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menuturkan dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 126 km dan mencakup tiga wilayah kabupaten, DIY tentu memiliki posisi strategis dalam perekonomian di wilayah Samudera Hindia.

Menurutnya, Samudera Hindia merupakan jalur strategis yang dilalui oleh separuh dari kapal kontainer dunia, sepertiga lalu lintas kargo dan dua pertiga pengiriman minyak dunia. Itulah sebabnya, ia menilai tepat jika hal itu dijadikan sebagai tema visi misi Gubernur DIY.

Advertisement

Menurutnya, Samudera Hindia merupakan jalur strategis yang dilalui oleh separuh dari kapal kontainer dunia, sepertiga lalu lintas kargo dan dua pertiga pengiriman minyak dunia. Itulah sebabnya, ia menilai tepat jika hal itu dijadikan sebagai tema visi misi Gubernur DIY.

Melalui visi dan misi itu, Sultan HB X mengaku berencana untuk menghidupkan kembali semangat Among Tani Dagang Layar. Sinergitas antara agraris dan kemaritiman dinilainya bisa jadi solusi tepat untuk meningkatkan kesejahteraan warga DIY, terutama di tiga kabupaten yang angka kesejahteraannya masih timpang jika dibandingkan dengan dua kabupaten/kota lainnya.

Terkait hal itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Tavip Agus Rayanto menuturkan kawasan selatan sejatinya memiliki potensi yang cukup besar. Hanya saja pemerintah belum serius menggarapnya.

Advertisement

“Terutama yang tidak memiliki keahlian khusus,” katanya pekan lalu.

Memang, pertumbuhan hotel dan restoran sejauh ini adalah penyumbang terbesar pendapatan daerah. Akan tetapi, ia tak menampik, hal itu belum bisa berdampak positif pada sebagian besar warga miskin. Pasalnya, hotel dan restoran jelas mencari tenaga kerja dengan keahlian khusus yang tidak dimiliki sebagian warga miskin tersebut.

Terkait pembangunan kawasan selatan itu, ia menegaskan, Pemerintah DIY tidak hanya terfokus pada sektor kemaritiman saja. Pihaknya lebih fokus pada hal-hal yang terkait dengan aksesibilitas.

Advertisement

“Contohnya infrastruktur jalan dan penerangannya. Masih banyak wilayah di kawasan selatan yang gelap kalau malam. Ini yang jadi perhatian kami,” tegas Tavip.

Sementara untuk membangun sektor kemaritiman, menurut Tavip jelas membutuhkan energi dan biaya yang besar. Pasalnya, kondisi geografis Samudera Hindia yang berombak tinggi ditambah dengan pola pikir masyarakat pesisir yang masih agraris jelas menjadi kendala besar bagi pemerintah.

Salah satu yang kini tengah diupayakannya adalah terkait dengan pengembangan wisata dan konservasi. Salah satunya ada di Kabupaten Bantul. Dijelaskannya, wacana Parangtritis I dan Parangtritis II adalah terkait dengan pemisahan peruntukan, antara kawasan wisata dan konservasi.

Advertisement

“Selain untuk pariwisata, di sana kan juga ada kawasan gumuk pasir yang masuk dalam zona konservasi,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif