Jogja
Senin, 7 Agustus 2017 - 21:20 WIB

BISNIS PROPERTI DIY : Penjualan Perumahan Menengah Atas Melambat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembangunan perumahan. (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Bisnis properti residensial di segmen menengah atas di Jogja mengalami perlambatan 30%-40%

Harianjogja.com, JOGJA-Lesunya sektor komoditas pertambangan dan perkebunan nasional turut memberikan dampak pada daya beli perumahan kelas menengah ke atas. Akibatnya, properti residensial di segmen ini di Jogja mengalami perlambatan 30%-40%.

Advertisement

Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, Nur Andi Wijayanto mengungkapkan secara nasional pertumbuhan properti mengalami perlambatan. Pada segmen perumahan, penurunan tersebut cukup terasa. Apalagi wilayah Jogja merupakan salah satu daerah penyumbang residensial di Indonesia.

“Dampak penurunan ini cukup terasa dampaknya, terutama pada segmen perumahan menengah ke atas. Di Jogja penurunan daya beli untuk rumah middle up ini berkisar 30 sampai 40 persen,” ujar Andi kepada Harianjogja.com, Minggu (6/8/2017).

Andi memaparkan REI DIY sempat melakukan survei tentang pembeli properti di wilayah Jogja. Hasilnya menunjukkan untuk properti dengan segmen menengah atas, konsumennya sebagian besar adalah pelaku usaha atau yang bekerja di sektor komoditas. Secara umum para konsumen tersebut bekerja di bidang pertambangan dan perkebunan.

Advertisement

Sementara, lanjut Andi, sektor-sektor tersebut tengah mengalami kelesuan. Harga jual hasil perkebunan tengah anjlok, hal itu juga terjadi pada sektor pertambangan seperti minyak bumi maupun batu bara.

“Berdasarkan hasil survei internal REI DIY, ternyata 60 persen pembeli properti Jogja demografi pekerjaannya di sektor tersebut. Sehingga dengan kondisi pasar pertambangan dan perkebunan yang lesu ini turut berdampak pada daya beli mereka terhadap perumahan menengah atas,” jelas Andi.

Kondisi tersebut memberikan dampak terhadap penjualan rumah-rumah menegah ke atas. Di mana rata-rata kisaran harga jualnya mulai dari Rp500 juta hingga miliaran rupiah.

Advertisement

Kendati segmen tersebut mengalami perlambatan, namun diakui Andi masih ada segmen pasar yang dapat digali potensinya. Andi mengungkapkan segmen tersebut yakni segmen menengah, di mana rumah-rumah dengan harga Rp500 juta ke bawah ternyata juga cukup diminati oleh segmen tersebut.

“Kebanyakan adalah rumah dengan harga kisaran Rp300 jutaan. Ternyata rumah ini banyak diminati, termasuk di dalamnya rumah subsidi walaupun rumah subsidi ini cukup sulit untuk dikembangkan karena mahalnya lahan di DIY saat ini,” jelas Andi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif