News
Kamis, 3 Agustus 2017 - 20:42 WIB

Masyarakat Ogah Belanja, Simpanan di Bank Lampaui Rp5.000 Triliun!

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang kertas rupiah. (Abdullah Azzam/JIBI/Bisnis)

Simpanan di bank melampaui Rp5.000 triliun dan menjadi sinyal masyarakat yang sedang menahan belanja. Inikah penyebab lesunya daya beli?

Solopos.com, JAKARTA — Konsumen dan dunia usaha pada paruh pertama 2017 diperkirakan menahan belanja dan ekspansi bisnis. Mereka memilih menyimpan dananya di bank-bank yang jumlahnya kini melampaui Rp5.000 triliun.

Advertisement

Salah satu indikasinya adalah jumlah dana pihak ketiga (DPK) di tabungan dan deposito pada Mei 2017 mencapai Rp5 kualidriun, tepatnya Rp5.012,45 triliun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah DPK tumbuh 11,18% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4.508,45 triliun.

Pada saat yang sama, penyaluran kredit hanya tumbuh 8,71% dari Ro4.070, 45 triliyn menjadi Rp4.425,15 triliun. Sementara itu, data sementara perkembangan uang beredar Bank Indonesia (BI) sampai Juni 2017 menunjukkan dana DPK di perbankan mencapai Rp4.911 triliun. Jumlah ini tumbuh 10,2% dari perioda yang sama tahun lalu. Persentase pertumbuhan itu jauh lebih tinggi dari Juni 2016 yang hanya naik 5,5%.

Deposito menjadi instrumen simpanan yang melaju positif, menjadi Rp2.222 triliun atau naik 10% dari periode yang sama tahun lalu. Sedangkan simpanan tabungan tercatat tumbuh paling kecil setelah naik sebesar 9,7% menjadi Rp1.571 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Advertisement

Ekonom Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono menyatakan, kecenderungan masyarakat untuk lebih memilih menempatkan dananya di bank ketimbang menggunakannya untuk belanja semakin terasa sejak tahun lalu.

“Masyarakat tempatkan dana di bank ini trennya sejak tahun lalu, artinya bank kemasukan banyak DPK tetapi susah menjualnya, ini pengaruhi LDR bank,” tuturnya kepada Bisnis/JIBI, di Jakarta, Rabu (2/8/2017).

Tony membenarkan pula bahwa yang cenderung terjadi sekarang ialah belanja oleh masyarakat rumah tangga kelas atas berkurang. Mereka lebih memilih untuk menabung atau berinvestasi salah satunya melalui perbankan.

Advertisement

Sikap tersebut terpengaruh asumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi. Padahal, apabila mereka lebih loyal dalam membelanjakan dananya dapat memberikan multiplier efek terhadap perekonomian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif