Jatim
Senin, 31 Juli 2017 - 15:05 WIB

Korban Ledakan PG Pagottan Madiun Dikenal Baik dan Penyabar

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga bertakziah di rumah korban ledakan atau evaporator Pabrik Gula Pagottan, Saudi, 54, di Desa Uteran, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Senin (31/7/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Saudi yang menjadi korban ledakan evaporator PG Pagottan telah bekerja di pabrik gula itu selama lebih dari 30 tahun.

Madiunpos.com, MADIUN — Kondisi Saudi, 54, salah satu korban ledakan mesin penguapan air gula atau evaporator di Pabrik Gula Pagottan Madiun sempat membaik beberapa hari sebelum meninggal dunia, Minggu (30/7/2017), sekitar pukul 17.00 WIB. Padahal rencananya Saudi pada Senin (31/7/2017) ini menjalani operasi yang ketiga.

Advertisement

Sejumlah orang terlihat mendatangi rumah duka di RT 005/RW 002, Desa Uteran, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Senin pagi. Mereka memberikan ucapan duka cita kepada keluarga yang ditinggal korban.

Saudi meninggalkan seorang istri bernama Murwati dan dua anak yaitu Nur Hasanah, 23, dan Umi Rohmah, 27. Kedua anak Saudi bekerja di Gresik.

Ditemui di rumah duka, adik kandung Saudi, Taufik, mengatakan Saudi meninggal dunia pada Minggu sekitar pukul 17.00 WIB di RS Lavalette Malang. Jenazah kemudian diberangkatkan ke Madiun dan tiba di rumah duka Senin sekitar pukul 02.00 WIB dan dimakamkan di permakaman umum desa setempat.

Advertisement

Taufik menuturkan Saudi mengalami luka bakar di hampir seluruh tubuhnya setelah terkena air gula yang ada di tabung evaporator. Sebenarnya kondisi Saudi telah membaik beberapa hari sebelum meninggal dunia.

“Sejak dirawat di Malang, kami secara bergantian menjaga Saudi. Dan beberapa hari lalu memang kondisinya mulai membaik,” kata Taufik.

Dia menuturkan Saudi bekerja di PG Pagottan sejak sebelum menikah atau telah bekerja lebih dari 30 tahun. Saudi merupakan karyawan kontrak di pabrik gula itu dengan sistem kerja pada saat musim penggilingan gula dimulai.

Advertisement

Saudi hanya bekerja saat musim penggilingan tebu saja. Sedangkan saat tidak musim penggilingan, Saudi bekerja serabutan sebagai kuli tani maupun kuli bangunan. (baca: Sepekan di RS, 1 Korban Ledakan PG Pagottan Madiun Meninggal)

“Jadi kerjanya memang tidak setiap saat ada. Kalau musim tebu, baru kerja. Kalau tidak ada ya beralih pekerjaan,” jelas dia.

Bagi Taufik, Saudi merupakan sosok kakak dan orang tua yang pantang menyerah serta bertanggung jawab.

Anak kedua Saudi, Nur Hasanah, mengatakan ayahnya merupakan sosok orang tua yang baik dan penyabar. Dia berharap hak-hak ayahnya sebagai karyawan diberikan pihak perusahaan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif