Jogja
Senin, 31 Juli 2017 - 11:20 WIB

Ini Dampaknya Jika Remaja Kecanduan Internet

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi browsing via Internet. (Istimewa)

Remaja dituntut bersikap lebih bijaksana karena yang paling rentan mengalami kecanduan internet

Harianjogja.com, JOGJA-Dalam menyikapi perkembangan teknologi, khususnya di bidang informasi dan komunikasi, remaja dituntut bersikap lebih bijaksana karena yang paling rentan mengalami kecanduan internet adalah orang-orang yang sedang dalam fase penuh gejolak tersebut.

Advertisement

Hal tersebut diungkapkan oleh Pengajar Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan Dody Hartanto dalam Dialog Remaja : Menyikapi Era Digital pada Remaja di Ruang Bima, Balai Kota Jogja, Minggu (30/8/2017).

Dody Hartanto memaparkan berdasarkan kajian United Nations Children’s Fund (Unicef), Organisasi di bawah PBB yang menyalurkan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kesejahteraan jangka panjang kepada anak-anak, yang dilakukan pada tahun 2011-2012 disebutkan bahwa kecanduan internet terjadi paling banyak pada orang yang berusia 12 hingga 20 tahun, dengan demikian remaja adalah kelompok yang paling rentan.

Advertisement

Dody Hartanto memaparkan berdasarkan kajian United Nations Children’s Fund (Unicef), Organisasi di bawah PBB yang menyalurkan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kesejahteraan jangka panjang kepada anak-anak, yang dilakukan pada tahun 2011-2012 disebutkan bahwa kecanduan internet terjadi paling banyak pada orang yang berusia 12 hingga 20 tahun, dengan demikian remaja adalah kelompok yang paling rentan.

Dampak dari problem tersebut, imbuhnya, mengarah pada menurunnya kualitas dan kuantitas interaksi sosial, gangguan kesehatan dan penurunan performa akademik pada remaja. Orang yang kecanduan internet biasanya memiliki gejala berupa mengabaikan jam tidur, merasakan euforia yang berlebihan ketika menggunakan internet, dan menarik diri dari aktivitas menyenangkan.

“Dampaknya adalah imunitas tubuh terganggu karena kurang tidur, perkembangan tubuh pun terhambat. Dampak lain adalah kualitas hubungan dengan keluarga menurun bahkan dapat menjadi buruk karena penggunaaan internet yang eksesif,” ujarnya.

Advertisement

Selain kecanduan internet, masalah lain yang juga menjadi ancaman bagi remaja, kata Dody Hartanto adalah perundungan siber atau perundungan yang dilakukan melalui penggunaan internet maupun telepon genggam.

“Korban perundungan siber sering kali depresi, merasa terisolasi, dan tak berdaya, bahkan mengarah pada bunuh diri. Remaja bisa merupakan korban maupun pelaku,” katanya.

Ancaman berikutnya, imbuhnya, adalah kecenderungan remaja menjadi shopaholic alias pecandu belanja. Hal ini sangat mungkin terjadi karena menurutnya internet memudahkan seseorang dalam berbelanja lewat keberadaan toko dalam jaringan. Toko dalam jaringan membuat para remaja bisa berbelanja sepuasnya tanpa perlu keluar rumah.

Advertisement

Dody Hartanto menyebut ketika seorang remaja sudah menjadi shopaholic maka ia akan terus menerus meminta uang kepada orang tuanya, dan saat tidak ada uang sama sekali, ada kemungkinan orang tersebut menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Misalnya, dengan menipu.

Karena itulah dalam kesepatan tersebut, ia meminta para remaja yang hadir di Balai Kota Jogja agar lebih bijaksana dalam bersikap di era digital, dalam artian para remaja harus menggunakan otak dan hatinya saat memanfaatkan internet. Karena jika hanya mengandalkan panca indra saja, maka yang didapatkan hanya hal-hal buruk, bukan hal-hal baik. “Gunakanlah internet dengan bijak,” tegasnya.

Pemateri lainnya yaitu Perwira Urusan Penerapan Hukum Polresta Jogja Bambang Sutrisno menyampaikan kemajuan teknologi tidak bisa ditolak, karena itu yang menjadi hal penting adalah pemanfaatannya. Jika internet dimanfaatkan dengan baik, maka akan memberikan dampak positif, begitu juga sebaliknya.

Advertisement

“Tapi jika disalahgunakan muncul berbagai macam masalah. Di sini remaja bisa jadi korban dan pelaku. Misalnya, kalau menjadi korban itu kasusnya kenalan dengan lawan jenis di Facebook terus dihamili, itu sudah banyak sekali. Kalau perspektif pelaku, misalnya, adalah bullying,” tutupnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif