Jogja
Minggu, 30 Juli 2017 - 05:22 WIB

TIPS BERKEBUN : Manfaatkan Pekarangan untuk Bercocok Tanam, Mau?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu anggota KTW Sekar Arum sedang memetik sayuran untuk kebutuhannya sendiri, Jumat (28/7/2017). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Tips berkebun dari KTW Sekar Arum

Harianjogja.com, BANTUL –Bercocok tanam ternyata tak hanya dapat dilakukan di lahan pertanian yang luas, lahan pekarangan yang terbatas pun dapat ditumbuhi tanaman. Seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Tani Wanita (KTW) Sekar Arum di Dusun Katen, Kebonagung, Imogiri. Lahan yang sempit diakali dengan menggunakan pollybag, pipa dan bambu.

Advertisement

Jika dilihat sekilas, lahan pekarangan yang digunakan tidak representatif untuk menanam tanaman. Sebab lahan tersebut berada di jalan kecil desa menuju kandang ternak kelompok yang berbatasan langsung dengan saluran irigasi persawahan. Namun nyatanya 49 orang anggota KTW Sekar Arum dapat memanfaatkan lahan sempit tersebut untuk menanam berbagai macam tanaman sayur. Seperti cabai, tomat, terong, sawi, selada air bahkan kini mulai dikembangkan budidaya jamur tiram.

Pengurus KTW Sekar Arum, Sri Martini mengatakan aktivitas berkebun di lahan yang sempit tersebut baru berlangsung sekitar setahun terakhir. Setiap hari pengurus membagi anggotanya untuk piket. Sekali piket, anggota KTW diwajibkan untuk merawat tanaman seperti menyiram dan membasmi hama yang mungkin menyerang. “Bahkan relatif lebih tahan hama daripada menanam di sawah,” urainya.

Uniknya karena berada tepat di sebelah saluran irigasi, untuk mengairi tanaman KTW Sekar Arum memanfaatkan air irigasi tersebut. Selain itu, pupuk yang digunakan juga merupakan pupuk organik yang diambil dari kotoran sapi yang diambilkan dari kandang kelompok di dekatnya. Hasil dari kebun tersebut tak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, bahkan mulai dibeli oleh warga luar dusun yang tidak tergabung dalam KTW Sekar Arum. Hasil penjualan kemudian disisihkan untuk membeli bibit baru dan pengembangan pertanian yang lain. Meski awalnya hanya bermodal iuran, namun kini mereka tinggal mengelola uang kas untuk meningkatkan hasil produksi berkebunnya. “Kita menjual dengan harga lebih rendah dari pasar, misalnya harga pasar Rp7000 kita jual hanya Rp6000,” ucapnya.

Advertisement

Berdasarkan data Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul, ada 256 KTW di Bantul. Namun begitu dari jumlah tersebut, 20% tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diprogramkan dinas.

Kepala Diperpautkan Bantul, Pulung Haryadi KTW tersebut tersebar di setiap kecamatan. Secara umum, kegiatannya adalah pemanfaatan lahan sempit seperti pekarangan dengan harapan setiap kelompok mampu memenuhi kebutuhan sayur untuk setiap anggotanya. Dengan begitu ketergantungan dengan pasar akan berkurang. “Sebelumnya program itu disebut program projotamansari atau pemanfaatan lahan sempit tidak produktif,” katanya.

Namun Pulung menyayangkan setelah dilakukan monitoring ada KTW yang tidak aktif bahkan vakum. Ia menambahkan ketidakaktifan kelompok ini rata-rata disebabkan oleh minimnya penggerak. Organisasi non-profit tersebut menurutnya sangat tergantung oleh pegiat yang aktif di lapangan. “Kalau sudah tidak membawa manfaat biasanya terus bubar. Sehingga dalam organisasi harus ada ikatan satu dengan yang lain,” ujarnya. Maka ia mengapresiasi dengan adanya kelompok yang aktif seperti KTW Sekar Arum. Ia juga mendorong KTW untuk mengembangkan kegiatannya ke olahan. Artinya, hasil pertanian tersebut dijadikan makanan olehan yang bernilai ekonomis tinggi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif