Jogja
Minggu, 30 Juli 2017 - 10:22 WIB

KONFERENSI INTERNASIONAL : Dorong Apoteker Infokan Detail Penggunaan Obat

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi obat-obatan (JIBI/Solopos//Reuters)

Konferensi internasional untuk apoteker

Harianjogja.com, JOGJA – Asian Conference on Clinical Pharmacy (ACCP) 2017 digelar dengan melibatkan puluhan perguruan tinggi dari 10 negara pada Kamis (27/7/2017) hingga Senin (31/7/2017) mendatang. Konferensi ini menyoroti peran penting apoteker dalam kefarmasian. Pembukaan konferensi dilakukan di Hotel Tentrem, Jalan AM. Sangaji, Kota Jogja Jumat (28/7/2017).

Advertisement

Penyelenggara utama kegiatan tersebut adalah Universitas Airlangga Surabaya. Kemudian didukung oleh sejumlah perguruan tinggi di Jogja, seperti UAD, UII, UMY dan USD Jogja.

Ketua Panitia ACCP 2017 Suharjono menjelaskan, para farmasis klinik yang datang dari berbagai negara dalam konferensi itu bisa bertukar pemikiran, pengalaman dan transfer ilmu kefarmasian. Dalam konferensi itu akan mendorong advokasi farmasi klinis, serta metodologi pengajaran berbasi masalah pembelajaran dalam pendidikan farmasi. Selain itu mencari partisipasi praktisi peneliti, ilmuwan, administrator, mahasiswa, warga yang berkomitmen keunggulan dalam farmasi klinis.

“Pada pra konferensi kami menggelar workshop yang sudah berjalan kemarin [tanggal 27 Juli 2017], ada enam topik dibahas, beberapa di antaranya ada obat berbasis bukti, onkologi, dukungan antibiotik dan lainnya,” ungkap dia di sela-sela konferensi, Jumat (28/7).

Advertisement

Dosen Unair ini menambahkan, pada akhir konferensi para peseta akan melakukan kunjungan ke universitas dan rumah sakit. Para peserta akan mendapatkan gambaran implementasi pendidikan, penelitian, dan praktek farmasi klinis di Indonesia.

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja Dyah Aryani Perwitasari mengakui besarnya manfaat bagi akademisi dalam konferensi farmasi tersebut. Dengan saling bertukarpikiran, diharapkan peran farmasi lebih maksimal ke depannya, terutama perlu adanya dukungan dukungan antar pendidikan profesi. UAD sendiri, sudah sembilan kalinya terlibat dalam ACCP tersebut. “Untuk saat ini kami bisa mengirimkan enam karya ilmiah, enam itu sudah bagus, karena susah sekali untuk bisa lolos di jurnal internasional, seleksinya ketat,” ujar dia kemarin.

Ia menambahkan, dalam konferensi itu, pihaknya mengusung sejumlah pembahasan yang menurutnya relevan untuk kondisi kefarmasian terkini. Seperti persoalan apoteker yang menurutnya masih perlu didorong lagi dalam menjalankan profesinya. Apalagi, kata dia, belum semua apoteker selalu menginformasikan secara detail penggunaan obat kepada pasien yang akan menerimanya.

Advertisement

“Bisa karena kurang percaya diri, belum terlatih, atau ada perpindahan pola pendidikan. Masih agak alot, padahal sebenarnya kurikulum [farmasi] baru sudah bagus,” imbuh dia.

Selain itu, lanjutnya, apoteker sebaiknya mengusahakan upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat. Kemudian mengukur kualitas hidup mereka. Termasuk penggunaan obat yang rasional, mulai dari efek samping hingga over dosis turut menjadi pembahasan, utamanya berkaitan dengan apoteker.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif