News
Jumat, 28 Juli 2017 - 07:30 WIB

CCTV Israel di Masjid Al Aqsa Lebih Berbahaya dari Detektor Logam

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bentrokan di kawasan Masjid Al Aqsa (Aljazeera.com)

CCTV yang dipasang pemerintah Israel di Masjid Al Aqsa dianggap lebih berbahaya dari detektor logam.

Solopos.com, YERUSALEM – Warga muslim di Palestina terus melakukan protes kepada pemerintah Israel terkait pengamanan di Masjid Al Aqsa, Yerusalem yang dinilai berlebihan. Tindakan itu dilakukan sebagai upaya penolakan pemasangan kamera pengintai alias closed circuit television (CCTV) di kompleks Masjid Al Aqsa.

Advertisement

CCTV itu merupakan pengganti detektor logam yang sebelumnya dipasang di pintu masuk Masjid Al Aqsa. Bukan tanpa alasan, alat tersebut sengaja dipasang agar Israel bisa mengawasi setiap orang yang masuk ke masjid. Sayangnya, tindakan itu kembali menuai protes lantaran dianggap mengganggu ibadah.

“Terlepas dari segala konflik yang terjadi, ini masalah kontrol dan kekuasaan. Kami rasa, mereka sengaja memasang CCTV untuk memata-matai kami,” kata seorang aktivis Palestina, Mohammad Abu Al Hommos seperti dikutip Solopos.com dari Al Jazeera, Kamis (27/7/2017).

Abu Al Hommos menambahkan, pemasangan CCTV itu melanggar hak pribadi jemaah yang ingin beribadah. Padahal, selama ini negara memberi kebebasan bagi semua umat beragama untuk menjalankan ibadah masing-masing.

Advertisement

“Saya ingin masuk dan keluar Masjid Al Aqsa dengan bebas. Kenapa mereka ingin mengintip kami yang sedang beribadah? Ini jelas melanggar hak pribadi. Kami tentu akan terus menolak hal itu sampai hak kami dipenuhi,” sambung dia.

Pemasangan CCTV ini dilakukan beberapa hari setelah sidang kabinet Israel yang dipimpin langsung oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Menurut Netanyahu, pihaknya sepakat memasang alat keamanan super canggih sebagai penggenti detektor logam sesuai saran dari Badan Keamanan Israel.

Pernyataan resmi dari kabinet Israel menerangkan, pemerintah sudah mengalokasikan dana sebesar 100 juta shekel (setara Rp373 miliar) untuk membeli peralatan pengawasan dan penambahan polisi yang bertugas. Pemasangan alat ini kabarnya membutuhkan waktu sekitar enam bulan.

Advertisement

Menurut seorang pakar politik Palestina, Khalil Shaheen, CCTV ini merupakan ancaman besar. Menurutnya, alat yang dipasang di kawasan suci itu dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.

“Kamera ini bisa mendeteksi wajah dan identitas seseorang. Hal ini berarti Israel memberlakukan kontrol penuh atas wilayah Masjid Al Aqsa. Peran Yordania dan Palestina seolah menjadi tidak penting. Hal inilah yang membuat CCTV lebih berbahaya dari detektor logam,” kata Shaheen.

Sementara menurut pakar hukum Israel, Usama Halabi, kehadiran CCTV itu bukan hanya sebagai alat pengawasan keamanan. Alat ini juga berfungsi memudahkan kinerja intelejen. “Kamera itu terkoneksi dengan sistem komputer. Misalnya, ketika wajahku terdeteksi, orang-orang di kantor intelejen bisa langsung melihat identitasku dengan lengkap,” terang Usama Halabi. 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif