Soloraya
Kamis, 27 Juli 2017 - 21:35 WIB

PROYEK KERETA BANDARA : Warga Bantaran Rel Gilingan Solo Minta Lahan Pengganti

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan rumah yang terdampak proyek jalur kereta api (KA) Bandara Adi Soemarmo di Kadipiro, Solo, Selasa (23/5/2017). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Proyek kereta bandara, warga di bantaran rel KA wilayah Gilingan, Solo, bertahan di hunian mereka.

Solopos.com, SOLO — Warga Solo yang menempati lahan PT KAI di bantaran rel KA Stasiun Solo Balapan-Stasiun Kalioso berharap tidak sampai digusur untuk proyek penyediaan jalur KA Bandara Adi Soemarmo. Kalaupun digusur, mereka berharap mendapat lahan pengganti untuk tempat tinggal.

Advertisement

Ketua RT 006/RW 005 Kelurahan Gilingan, Wahyudi Raharjo, 44, mengatakan banyak warga Gilingan yang tinggal di bantaran rel kini cemas. Warga belum juga mendapatkan kepastian nasib terkait proyek penyediaan jalur KA Bandara mulai dikerjakan.

Dia menuturkan warga ingin sekali bisa tetap tinggal di bantaran rel atau tidak terdampak penyelenggaran proyek KA bandara. “Sama sekali belum ada sosialisasi lagi kepada warga setelah kegiatan pengukuran bangunan oleh PT KAI. Kami sekarang menunggu dengan harap-harap cemas. Harapan warga tentu rumah tidak sampai digusur,” kata Yudi saat berbincang dengan Solopos.com di Kantor Kelurahan Gilingan, Kamis (27/7/2017). (Baca juga: Pemkot Solo Berharap Ada Lahan Pengganti Buat Warga Terdampak Rel KA Bandara)

Advertisement

Dia menuturkan warga ingin sekali bisa tetap tinggal di bantaran rel atau tidak terdampak penyelenggaran proyek KA bandara. “Sama sekali belum ada sosialisasi lagi kepada warga setelah kegiatan pengukuran bangunan oleh PT KAI. Kami sekarang menunggu dengan harap-harap cemas. Harapan warga tentu rumah tidak sampai digusur,” kata Yudi saat berbincang dengan Solopos.com di Kantor Kelurahan Gilingan, Kamis (27/7/2017). (Baca juga: Pemkot Solo Berharap Ada Lahan Pengganti Buat Warga Terdampak Rel KA Bandara)

Yudi menyampaikan semua warga RT 006/RW 005 Gilingan yang tinggal di lahan PT KAI kini tetap menghuni rumah masing-masing. Tidak ada warga yang mencoba mencari rumah pengganti di tempat lain sebagai langkah antisipasi jika rumah di bantaran rel digusur karena terdampak proyek KA bandara.

Menurut dia, hal tersebut terjadi karena warga sadar diri. Warga tidak punya kemampuan finansial untuk mencari hingga membeli rumah di tempat lain.

Advertisement

Mayoritas warga di tepi rel adalah warga miskin. Yudi mengatakan anak-anak mereka ikut sedih saat diberi tahu ada kemungkinan harus pindah. Mereka berat untuk pisah dengan teman-teman dan saudara.

Yudi menyampaikan jika memang harus direlokasi, warga meminta PT KAI menyediakan tempat tinggal pengganti. Dia khawatir apabila warga mendapat uang ganti rugi ternyata jumlahnya tidak cukup untuk membeli tanah dan mendirikan rumah baru.

Yudi menawarkan PT KAI bisa merelokasi warga menggunakan pola yang digunakan Pemkot Solo dalam merelokasi warga Manahan dan Nusukan di bantaran Kali Anyar.

Advertisement

“Mudah-mudahan pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi punya hati kepada warga yang kemungkinan terdampak proyek KA bandara. Terkadang saya juga menangis ketika membayangkan harus pindah dari rumah sekarang,” jelas Yudi.

Warga bantaran rel wilayah RT 001/RW 021 Kadipiro, Hariyanto, 50, juga gelisah belum juga mendapat kepastian nasib setelah diundang PT KAI mengikuti sosialisasi pembangunan jalur KA Bandara pada Rabu (10/5/2017) lalu.

Dia menyebut petugas PT KAI belum juga mengelar sosialisasi setelah mengukur lahan dan mendata warga di tepi rel jalur Solo-Kaliyoso. Hariyanto mengatakan keluarganya akan tetap tinggal di bantaran rel hingga sampai memperoleh kepastian dari PT KAI.

Advertisement

Dia keberatan jika diminta meninggalkan rumah yang telah ditempati selama 10 tahun itu tanpa mendapat kompensasi yang sesuai. PT KAI belum bisa memastikan warga di bantaran rel akan digusur atau tidak seiring pelaksanaan proyek jalur KA bandara.

Ketidakpastian itu juga menjadi beban pikiran warga. “Saya menyadari selama ini cuma tinggal menumpang di lahan PT KAI. Saya tidak berhak meminta macam-macam. Saya hanya berharap kepada PT KAI agar bisa memberikan rumah pengganti kepada warga yang digusur,” ujar Hariyanto.

Saat dimintai konfirmasi, Senior Manajer Aset PT KAI Daop VI/Yogyakarta, Destra Hidayat, belum bisa memastikan kapan PT KAI bakal menggelar sosialisasi kembali terkait pembangunan KA bandara dengan mengundang warga di bantaran rel KA.

Dia juga belum bisa memberi informasi terkait hasil pendataan bangunan warga yang menempati lahan PT KAI. “Untuk data hasil inventarisasi aset PT KAI, masih dalam proses,” ujar Destra.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif