Jogja
Kamis, 27 Juli 2017 - 20:20 WIB

KAMPUS JOGJA : Fungsi Sekolah Bisa Dikalahkan Tempat Les, Kok?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Kampus Jogja, USD meggelar seminar pendidikan

Harianjogja.com, SLEMAN – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja menggelar Seminar Doktor dengan tajuk Pengembangan Proses Pembelajaran untuk Generasi Baru Indonesia, di Gedung Pusat Kampus II Mrican, Sleman, Rabu (26/7/2017). Lembaga pendidikan formal seperti sekolah bisa dikalahkan fungsinya oleh pendidikan luar sekolah (PLS) seperti tempat les, dibahas dalam seminar tersebut.

Advertisement

Seminar doktor digelar dengan narasumber akademisi yang baru saja meluluskan pendidikan jenjang S-3. Kegiatan ini, untuk meningkatkan produktivitas, sumbangan ilmiah dan pembentukan klaster keilmuan dosen USD.

Titik Kristiyani Pemateri yang juga Dosen Prodi Psikologi Fakultas Psikologi USD Jogja menjelaskan, gagasan yang diangkat dalam seminar itu adalah mengupayakan pembelajaran efektif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pendidikan formal, tujuan belajar memfokuskan pada perkembangan keterampilan berpikir, seperti membangun konstruksi pengetahuan dan proses berpikir yang sistematis.

Menurutnya, salahsatu indikator untuk mengetahui tercapainya tujuan belajar adalah prestasi belajar. Namun, instrumen yang dipakai harus mencerminkan evaluasi terhadap hasil konstruksi pengetahuan dan proses berpikir sistematis.

Advertisement

“Berdasarkan perspektif konstruktivisme tujuan belajar dapat tercapai jika ada keterlibatan aktif dari mental siswa yang disebut dengan trilogi komponen belajar, antara lain, motivasi, metakognisi dan strategi kognitif mendalam,” paparnya dalam seminar tersebut, Rabu (26/7/2017).

Ia tak menampik, praktek pendidikan ada yang perlu dievaluasi. Fenomena menarik, lanjutnya, praktek pembelajaran yang terjadi, rata-rata siswa mengikuti kegiatan tambahan belajar di luar sekolah atau program les. Apalagi, les tersebut seringkali tidak diperuntukkan bagi siswa yang memang membutuhkan pendampingan belajar karena kekurangan kemampuan kognitif, namun sebagian besar siswa yang tergolong mampu secara kognitif yang justru ikut les. Akibatnya, sekolah yang seharusnya menjadi sarana pencetak agen pembelajar mandiri, tak dipungkiri dikalahkan fungsinya dengan lembaga les tersebut.

“Hasil penelitian juga menemukan, siswa yang mengikuti les di luar sekolah memiliki motivasi belajar, metakognisi, dan prestasi matematika yang lebih tinggi dibanding siswa yang tidak mengikuti les. Artinya kegiatan dan para mentor les telah berperan memberikan dukungan bagi perkembangan kognitif siswa,” jelas Titik Kristiyani.

Advertisement

Oleh karena itu, tegasnya, para guru harus di-refresh untuk melakukan praktek pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, membangun konstruksi pengetahuan dan proses berpikir yang sistematis, tidak hanya sekedar berorientasi pada nilai dan tuntutan eksternal.

Sementara Yosef Wijoyo, Dosen Fakultas Farmasi USD lebih menyoroti proses pembelajaran di perguruan tinggi. Metode Problem Based Learning (PBL), kata dia, mampu memberikan pengalaman baru dalam belajar aktif yang merubah cara berpikir, belajar, kerjasama serta belajar secara mendalam. Metode PBL telah berfungsi sebagai sarana learn how to learn bagi mahasiswa. Namun kekurangannya, berupa kurang tajam dalam berpikir analitis selama masa pembelajaran di kelas.

“Telah dirancang sebuah proses pembelajaran yang menggabungkan metode PBL dalam kerangka PPR [Paradigma pedagogi reflektif] di Fakultas Farmasi USD. Pengembangan metode PBL yang dilakukan di PSPA Farmasi USD pada mahasiswa angkatan tahun 2016/2017, khususnya pada mata kuliah Manajemen dan Pelayanan Kefarmasian,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif