News
Rabu, 26 Juli 2017 - 18:00 WIB

Sepinya Balai Kota Jakarta Ditinggal Ahok

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (kiri) bersiap menandatangani berita acara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/6/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Puspa Perwitasari)

Balai Kota Jakarta menjadi sepi setelah ditinggal Ahok. Djarot yang bekerja tanpa wakil pun sangat sibuk dengan tugasnya.

Solopos.com, JAKARTA — Djarot Saiful Hidayat telah resmi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pasca-vonis kasus penodaan agama. Gaya Djarot menjadi pemimpin DKI banyak berbeda dengan Ahok, terutama saat melayani keluhan warga yang datang ke Balai Kota, tempat sang gubernur berkantor.

Advertisement

Saat sebelumnya Ahok melayani keluhan wa?rga dengan menerima langsung secara bertatap muka. Kini Djarot lebih memilih untuk menugaskan masing-masing satuan kerja perangkat Daerah (SKPD) per bidang dengan memasang meja sendiri-sendiri.

Hal itu dilakukan untuk mengefektifkan pelayanan. Misalnya, ada klaster sesuai bidang masing-masing pengaduan. Misalnya bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, pelayanan masyarakat, dan lainnya dengan meja masing-masing.

Advertisement

Hal itu dilakukan untuk mengefektifkan pelayanan. Misalnya, ada klaster sesuai bidang masing-masing pengaduan. Misalnya bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, pelayanan masyarakat, dan lainnya dengan meja masing-masing.

Hendra, seorang warga yang bekerja di Jakarta mengatakan ada perbedaan antara gaya Ahok dan Djarot dalam melayani warga. “Dulu warga? antre dari pagi dan rela pulang malam untuk bertemu Ahok. Sekarang kalau saya datang pukul 07.00 WIB pagi pun warga yang datang enggak banyak,” ujarnya.

Kantor Ahok dan Djarot di Balai Kota cukup berjauhan. Kantor Ahok berada di Pendapa Balai Kota depan. Sementara itu, Djarot berada di lantai dua.

Advertisement

Pernah suatu hari, seorang aparat berseragam TNI memarahi petugas keamanan yang berjaga-jaga di ruang kantor Djarot. Penyebabnya, aparat itu merasa diping-pong ketika hendak bertemu dengan Djarot.

Dia hendak bertemu Djarot untuk mengeluhkan lambatnya proses perizinan sebuah yayasan milik rekannya. “Saya sudah menunggu dari pagi, tapi sampai siang ini belum bertemu juga dengan Pak Djarot. Ini petugasnya enggak bener,” ujarnya.

Bukan hanya warga saja yang merasa pelayanan gubernur saat ini berbeda dibandingkan sebelumnya. Hal yang sama dirasakan oleh sebagian pekerja media. Baca juga: Ini Gambaran Kerja Berat Djarot Tanpa Ahok.

Advertisement

Salah seorang jurnalis yang tidak mau disebutkan namanya mengaku ada perbedaan antara Ahok dan Djarot sebagai gubernur DKI Jakarta. “Pak Djarot suka membatalkan agenda tiba-tiba dan kalau ditanya cenderung normatif dan tidak selugas Ahok,” ujarnya.

Selama Djarot dilantik jadi Gubernur DKI pada Juni lalu, tingkat kunjungan warga ke Balai Kota tidak sebanyak kunjungan warga yang ingin bertemu dengan Djarot. Kepala Biro Umum DKI, Firmansyah, mengatakan pihaknya belum mendata secara kesleuruhan angka kunjungan warga ke Balai Kota.

Berdasarkan pantauan petugas jaga, rata-rata kunjungan warga ke Balai Kota untuk menyampaikan keluhan saat ini mencapai 15 orang. Sementara warga yang ingin berkunjung menemui Djarot rata-rata empat orang. “Nanti ya saya lagi data dulu berapa,” ujar Firmansyah.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif