Jateng
Rabu, 26 Juli 2017 - 02:50 WIB

PERBANKAN JATENG : Bank Jateng Targetkan Kenaikan Laba 17%

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas perbankan Bank Jateng. (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Perbankan Jateng optimistis dengan kondisi perekonomian sehingga Bank Jateng pun menaikkan targetkan laba hingga 17,29%.

Semarangpos.com, SEMARANG — Pelaku perbankan di Jawa Tengah (Jateng) tampak optimistis dengan kondisi perekonomian di waktu mendatang. Bahkan, Bank Jateng pun menaikkan target laba hingga 17,29% dibanding Rp1,34 triliun laba tahun 2016 menjadi Rp1,58 triliun pada 2017 ini.

Advertisement

“Dari target itu, realisasi laba selama enam bulan terakhir ini mencapai Rp858,83 miliar,” kata Direktur Operasional dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya di Semarang, Selasa (25/7/2017).

Ia mengatakan dibandingkan dengan periode sama tahun 2016, terjadi peningkatan sebesar 17,43 persen. Berdasarkan data Bank Jateng, pada periode Juni 2016, laba Bank Jateng sebesar Rp731,36 miliar. Jika dilihat kinerja Bank Jateng secara keseluruhan, dari sisi aset secara year on year (yoy) atau tahunan per 30 Juni 2017 tumbuh sebesar 22,32% menjadi Rp61,8 triliun.

Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) naik sebesar 18,33% menjadi Rp50,80 triliun. Ia mengatakan mengenai DPK ini yang menggembirakan adalah Rp27 triliun di antaranya merupakan kontribusi dari giro dan tabungan. Selanjutnya, untuk penyaluran kredit naik sebesar 18,33% menjadi Rp39,14 triliun. Dari total kredit ini, 73% di antaranya berasal dari sektor konsumer, sedangkan sisanya adalah sektor produktif.

Advertisement

Sampai dengan akhir tahun, pihaknya menargetkan untuk aset tumbuh sebesar 17% dari Rp51,255 triliun menjadi Rp59,968 triliun, kredit naik sebesar 19,88% dari Rp36,16 triliun menjadi Rp43,35 triliun, DPK naik 24,19% dari Rp38 triliun menjadi Rp47,25 triliun.

Sementara itu, dari sisi non performing loan atau kredit bermasalah diakuinya mengalami sedikit kenaikan, yaitu dari 1,45% di akhir tahun 2016 menjadi 1,61% hingga bulan Juni 2017. “Kenaikan ini karena ada beberapa UMKM yang kita tahu secara global belum selesai persoalannya, ini lebih ke ekspekstasi terhadap perdagangan,” katanya.

Ia mengatakan akibat kondisi tersebut bisnis di sektor tertentu mengalami kesulitan penjualan, efeknya pada kemampuan pengembalian nasabah. Terkait hal itu, Hana mengatakan terus melakukan penagihan secara intensif dan melakukan negosiasi untuk restrukturisasi kredit.

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif