Jogja
Rabu, 26 Juli 2017 - 16:55 WIB

KEKERINGAN GUNUNGKIDUL : Dropping Belum Merata, Warga Pucung Masih Beli Air Bersih

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Palang Merah Indonesia (PMI) Gunungkidul menyalurkan bantuan air dari para donatur ke Desa Giripanggung, Kecamatan Tepus. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Bantuan air bersih dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terus diberikan ke daerah-daerah yang mengalami kekeringan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Bantuan air bersih dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terus diberikan ke daerah-daerah yang mengalami kekeringan. Namun upaya tersebut belum menjangkau di seluruh wilayah.

Advertisement

Kondisi ini dirasakan oleh warga di Desa Pucung, Kecamatan Girisubo. Meski bantuan sudah ada dari pemerintah, namun jumlah tersebut belum mencukupi kebutuhan air bagi warga yang terkena dampak.

Kepala Desa Pucung, Kecamatan Girisubo Bambang Untara mengakui wilayahnya sudah mulai mendapatkan pasokan air bersih dari Pemkab Gunungkidul. Namun demikian, jangkauan penyaluran belum merata di seluruh wilayah yang terdampak kekeringan.

“Sudah ada bantuan, tapi jumlahnya belum memadai,” katanya kepada Harianjogja.com, Selasa (25/7/2017).

Advertisement

Menurut dia, salah satu penyebab bantuan belum merata dikarenakan armada yang digunakan hanya menggunakan satu tangki. Sementara tangki pengangkut air tersebut harus menyalurkan bantuan ke seluruh wilayah Kecamatan Girisubo yang ada delapan desa.

“Proses pemberian bantuan dilakukan bergantian di setiap desa. Jadi warga harus antri untuk mendapatkan bantuan,” ujarnya.

Bambang pun berharap agar Pemkab Gunungkidul memberikan solusi sehingga masalah air bersih, khususnya saat musim kemarau dapat teratasi. Ia pun menyarankan agar tangki-tangki yang dimiliki kecamatan yang tidak mengalami kekeringan dapat diperbantukan untuk menyalurkan air bersih seperti di wilayah Girisubo.

Advertisement

“Kalau hanya satu armada, kapan bisa merata. Padahal setiap harinya warga terus membutuhkan air bersih. Sebagai gambaran di Pucung ada delapan dusun yang mengalami kekeringan, tapi hingga saat ini belum semua wilayah dapat diberikan bantuan air bersih,” katanya lagi.

Dampak dari belum meratanya bantuan, warga pun melakukan pembelian air secara mandiri melalui truk pengangkut air yang masuk ke desa. Menurut Bambang, pembelian air secara mandiri merupakan hal yang lumrah, khususnya saat musim kemarau tiba.

“Daripada lama menunggu bantuan, warga pun membeli karena air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya,” tuturnya.

Untuk harga, menurut Bambang, pembelian air dari pengusaha memiliki harga bervariasi mulai Rp110.000 hingga Rp150.000 per tangki. Hal ini sangat tergantung dengan jarak dan medan rumah yang akan dipasok air bersih. “Kalau lokasinya mudah diakses harganya akan lebih murah, tapi kalau susah maka akan lebih mahal,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif