Soloraya
Selasa, 25 Juli 2017 - 10:35 WIB

Nenek-Nenek Penjual Gendar Pecel di Jebres Solo Ini Mengaku Berumur 125 Tahun

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Painah melayani pembeli di lapaknya, Jl. Brigjen Katamso, Jebres, Kamis (20/7/2017) malam. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Seorang nenek-nenek penjual gendar pecel mengaku sudah berusia 125 tahun.

Solopos.com, SOLO — Painah tidak mau hanya duduk diam di rumah. Dia memilih menghabiskan masa tuanya dengan tetap beraktivitas dan bekerja.

Advertisement

Padahal, saat ini, berdasarkan pengakuannya perempuan tersebut telah berusia 125 tahun. Sehari-hari dia berjualan gendar pecel dan aneka makanan lain di tepi Jl. Bridjen Katamso, Kampung Debegan, Kelurahan Jebres, Solo.

Painah berjualan rutin enam hari dalam sepekan. Hanya Minggu yang dia gunakan untuk beristirahat.

Setiap harinya, Painah berjualan makanan mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Selama dua bulan terakhir dia terkadang pulang lebih malam karena harus menunggu jemputan dari anak bungsunya, Suratno, 54.

Advertisement

Painah tidak lagi berangkat dan pulang dengan berjalan kaki setelah dilarang sang anak karena kakinya sakit. Dia kini diantar dan dijemput menggunakan mobil menempuh jarak antara rumah dan lapak sekitar 500 meter (m).

Selain pecel gendar, Painah juga menjajakan jenis kuliner lain, seperti sawut, ketan juruh, nasi tiwul, bakmi, tempe goreng, hingga saren. Semua makanan tersebut dibuat sendiri oleh Painah.

Karena tidak lagi punya banyak tenaga, dia kini meminta bantuan anak keduanya, Tuginem, 65, untuk mengolah makanan. Makanan yang dijual dibuat dengan resep yang sama ketika membikin makanan untuk konsumsi sendiri.

Dia tidak pernah menggunakan penyedap rasa. Painah meyakini konsumsi makanan tanpa penyedap rasa tersebut yang membuat dirinya bisa panjang umur dan sehat selalu.

Advertisement

Selain itu, dia selalu berusaha untuk bersikap jujur dan rendah hati sehingga bisa hidup tenang. “Kula sampun satus selawe [Saya sudah berusia 125 tahun]. Nggih syukur tasih sehat. Resepe masak mboten kalih penyedap rasa, urip ora nggampangne uwong, sak benere, ora seneng ngapusi uwong dadi mboten kesel [Ya syukur masih sehat. Resepnya masak tidak pakai penyedap rasa, hidup tidak meremehkan orang, jujur, tidak suka membohongi orang jadi tidak capek],” kata Painah menjawab pertanyaan Solopos.com, Kamis (20/7/2017) malam.

Pendengaran Painah masih cukup baik. Dia bisa menangkap suara para pembeli. Sebagai contoh, Painah spontan akan memasukkan tempe dalam pincuk sesuai permintaan pembeli yang diutarakan lewat perkataan.

Namun, dia akan kesulitan jika banyak orang memberikan arahan secara bersama-sama. Painah hanya merespons satu arahan.

Sedangkan untuk urusan hitung berhitung, meski sudah renta, Painah bisa menghitung dengan lancar uang yang harus dibayar para pembeli untuk dagangannya. Dia langsung menghitung dalam bayangan saat pembeli mulai menyebutkan satu per satu makanan yang dibawa.

Advertisement

Perhitungannya jarang ada yang salah. Bukan hanya itu, Paniah juga tidak tampak kesulitan saat mengidentifikasi uang yang diberikan pembeli. Dia bisa memberikan uang kembalian dengan tepat tanpa dikomplain pembeli.

Salah seorang pembeli, Mursito, 47, mengaku kagum dengan Painah. Dia terkesan dengan Painah yang sudah berumur sangat tua tapi masih sanggup berjualan.

Mursito menuturkan paras Painah jelas sudah terlihat sangat tua. Seluruh rambut di kepalanya telah putih. Kulit tubuhnya juga sudah berkeriput.

Gerak Painah juga sangat pelan, tidak lagi cekatan saat melayani pembeli. Namun, Mursito menilai kini sudah sangat jarang ada orang yang begitu tua, namun masih bertahan dan aktif seperti Painah.

Advertisement

“Saya kagum, umur Ibu Painah yang sudah begitu tua masih bisa aktif. Sebetulnya saya enggak tega melihat ada orang yang sudah sangat tua masih berjualan seperti ini. Namun, mau bagaimana lagi. Semangat dan cara hidupnya luar biasa bahkan bisa jadi pembelajaran. Gerak ibu memang pelan sekali tapi pembelinya juga sabar atau sudah memaklumi,” terang Mursito.

Pantauan Solopos.com, Kamis malam, cukup banyak orang yang silih berganti mendatangi lapak Painah yang berdempetan dengan lapak bakso milik Sugino, 40. Hampir semua dari mereka membeli makanan dengan dibungkus.

Salah seorang pembeli, Maria Hastuti, 31, menyampaikan alasan kerap membeli makanan di tempat Painah karena enak dan harganya murah. Hanya dengan uang Rp10.000 dia bisa membawa pulang dua pincuk gendar pecel dan dua pincuk berisi ketan juruh gula. Painah menghargai makanan Rp2.500/pincuk.

Saat ditemui Solopos.com, Senin (24/7/2017), anak bungsu Painah, Suratno, 54, tidak bisa memastikan usia ibunya sekarang. Jika melihat keterangan dalam KTP, Painah kini berusia 92 tahun.

Namun, menurut dia, keluarga kurang begitu percaya dengan keterangan dalam KTP. Anak-anak Painah meyakini ibu mereka sudah berusia lebih dari 110 tahun.

Suratno mengatakan Painah sudah pernah menikah dua kali. Dia menyebut suami pertama Painah meninggal dunia karena ditembak tentara Belanda di masa penjajahan.

Advertisement

Painah kemudian menikah dengan suami kedua yang merupakan ayah dari Suratno dan Tuginem. “Namanya zaman dahulu. Nama saja bisa ada banyak. Jadi KTP hanya formalitas. Kami yakin usia ibu sudah lebih dari 110 tahun. Tapi tidak tahu pastinya. Ibu mengatakan usianya sudah 125 tahun. Ya bisa jadi. Dulu ibu sering cerita hidupnya di masa penjajahan. Dari dulu ibu berjualan,” kata Suratno.

Painah sudah berjualan lebih dari 20 tahun di tempatnya sekarang. “Ibu tidak sekolah tapi pandai hitung-hitungan sampai sekarang,” jelas Suratno di rumah Painah, RT 003/RW 006 Jebres.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif