News
Selasa, 25 Juli 2017 - 09:45 WIB

KURS RUPIAH : Nilai Tukar Dibuka Melemah 7 Poin di Rp13.316/US$

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (JIBI/Solopos/Dok.)

Nilai tukar rupiah hari ini, Selasa (25/7/2017), dibuka melemah tujuh poin di Rp13.316 per dolar AS.

Solopos.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka melemah 7 poin atau 0,05% ke level Rp13.316 per dolar AS, Selasa (25/7/2017) pukul 08.00 WIB. Pelemahan kembali terjadi satu jam setelahnya, nilai tukar menjadi Rp13.320 per dolar AS.

Advertisement

Pada hari sebelumnya, Senin (24/7/2017), nilai tukar rupiah berhasil memperpanjang penguatannya pada akhir perdagangan, seiring dengan apresiasi mayoritas mata uang lainnya di Asia.

Rupiah ditutup menguat 0,03% atau 4 poin di Rp13.309 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,04% atau 5 poin di posisi 13.318. Sepanjang perdagangan kemarin, rupiah bergerak di kisaran Rp13.307 – Rp13.325 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Jumat (21/7/2017), rupiah ditutup menguat 0,15% atau 20 poin di posisi 13.313 per dolar AS.

Rupiah buktikan keperkasaan di antara mata uang negala lain. Nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS bersama dengan hampir seluruh mata uang lainnya di Asia.

Advertisement

Yen Jepang memimpin penguatan kurs Asia hari ini dengan 0,41%, diikuti oleh won Korea Selatan sebesar 0,38% dan dolar Taiwan yang terapresiasi 0,32%. Adapun rupee India terpantau melemah 0,11% pada pukul 16.35 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau naik 0,08% atau 0,071 poin ke 93,929 pada pukul 16.25 WIB. Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,10% atau 0,094 poin di level 93,952, setelah pada perdagangan Jumat berakhir melemah 0,48% di posisi 93,858.

Meski lebih stabil, dolar AS tetap bergerak di kisaran level terendahnya dalam 13 bulan di tengah gejolak politik AS yang mengurangi ekspektasi percepatan agenda stimulus dan reformasi Presiden Donald Trump.

Advertisement

Pemerintahan Trump, yang tidak bergeming oleh penyelidikan dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS, mendapat tekanan baru pada Jumat setelah juru bicara Gedung Putih Sean Spicer mengundurkan diri. Hal ini menyoroti adanya pergolakan di dalam lingkaran dalam presiden.

“Situasi politik AS saat ini membebani imbal hasil. Jadi, kami memerlukan data ekonomi yang kuat untuk melepaskan imbal hasil dari level rendahnya,” kata Junichi Ishikawa, analis valas senior di IG Securities, seperti dikutip dari Reuters.

 Di sisi lain, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneternya pada pertemuan FOMC pertengahan pekan ini.

“Ada nada tetap kuatnya mata uang emerging markets di tengah tren pelemahan dolar. Pelaku pasar mungkin melihat rapat FOMC sebagai sesuatu yang mengecewakan, namun mereka cenderung tidak akan mengambil langkah agresif sebelumnya,” ujar Tsutomu Soma, general manager di SBI Securities, seperti dikutip dari Bloomberg.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif