Jogja
Selasa, 25 Juli 2017 - 07:22 WIB

GELOMBANG TINGGI PANTAI SELATAN : Serba Tak Dapat Diprediksi, Anomali Cuaca Mungkin Terjadi

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapal nelayan di Pantai Depok yang harus di parkir hingga depan warung-warung makan karena gelombang tinggi yang terjadi dalam beberapa hari ini. Kamis (26/5/2016). (Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Gelombang tinggi Pantai Selatan pengaruhi perikanan Bantul

Harianjogja.com, BANTUL — Gelombang yang tinggi dikeluhkan oleh para nelayan di Pantai Depok, Kretek, Bantul. Meskipun telah terjadi sejak awal bulan Juli, beberapa hari terakhir gelombang tinggi tersebut diperparah dengan angin kencang yang meliuk di pantai pesisir selatan Jawa ini. Pihak BMKG menyebut kondisi ini disebabkan badai tropis Sonca.

Advertisement

Baca Juga : GELOMBANG TINGGI PANTAI SELATAN : Badai Tropis Sonca Menyerang, Nelayan Susah Melaut

Kepala Stasiun Metrologi Yogyakarta, Agus Sudaryatno mengatakan cuaca yang cukup ekstrem bagi nelayan tersebut disebabkan oleh serangan badai tropis Sonca yang terletak di lintang utara Pulau Sumatera. Badai tersebut menciptakan belokan angin kencang di pesisir selatan Pulau Jawa. Angin yang kencang berpengaruh pada tekanan air laut yang rendah dan menimbulkan gelombang tinggi, bahkan bisa mencapai tiga hingga empat meter.

Menurutnya bibit badai ini telah terlacak sejak beberapa hari yang lalu, sedangkan badai tropis Sonca masih akan berlangsung dua hingga tiga hari ke depan. Maka pihaknya mengimbau para nelayan untuk lebih berhati-hati jika ingin melaut, atau bahkan berhenti jika dirasa tidak memungkinkan.

Advertisement

“Kelembaban yang tinggi juga berpengaruh pada cuaca, meski saat ini sudah puncak musim kemarai tapi hujan masih turun. Itu juga perlu diwaspadai,” ucapnya, Senin (24/7/2017)

Apalagi menurutnya, kini cuaca dan musim berlangsung secara acak dan sukar diprediksi. Meskipun menurut nelayan pada bulan Juli gelombang memang cukup tinggi, hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan pasti. Sebab menurutnya sering terjadi anomali cuaca yang datang tiba-tiba. Misalnya pola berlangsungnya musim penghujan dan kemarau yang selalu berubah serta masih turun hujan di puncak musim kemarau.

“Nelayan harus meningkatkan pengetahuan tentang keadaan iklim dan cuaca. Harus tahu info terkini lewat media massa atau media sosial yang terpercaya,” tegasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif