Entertainment
Minggu, 23 Juli 2017 - 14:11 WIB

Penampilan Spesial Sang Maestro Keroncong di SKF 2017

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Maestro keroncong, Waljinah (kanan), bersama penyanyi orkes keroncong (OK) Ranisinar dari Bandung, Syely Tri Puja Lestari, menyanyikan lagu yang bertajuk Bajing Luncat, saat Solo Keroncong Festival (SKF) 2017 di Benteng Vastenburg, Solo, Sabtu (22/7/2017). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Solo Keroncong Festival (SKF) 2017 digelar dua hari pada Jumat-Sabtu (21-22/7/2017).

Solopos.com, SOLO-Mata airmu dari Solo, terkurung gunung seribu, air mengalir sampai jauh, akhirnya ke laut.

Advertisement

Sepenggal lagu berjudul Bengawan Solo tersebut dinyanyikan oleh seorang perempuan berusia 71 tahun di panggung Solo Keroncong Festival (SKF) 2017 di Benteng Vastenburg, Sabtu (22/7/2017) malam. Perempuan tersebut bergamis hitam dengan jilbab merah. Ia duduk di kursi roda dan menyanyi diiringi orkes keroncong (OK) asal Bandung, Ranisinar. Dia adalah Maestro Keroncong Solo, Waldjinah.

“Ini merupakan kejutan bagi kami karena ibu Waldjinah tiba-tiba hadir dan bernyanyi bersama Ranisinar. Merupakan kehormatan bagi ibu Waldjinah bernyanyi bersama kami. Sebelum ibu kembali ke tempat, kami minta ibu bernyanyi lagu Bajing Luncat bersama,” kata vokalis OK Ranisinar, Syely Tri Puja Lestari seusai menyanyikan Bengawan Solo.

Advertisement

“Ini merupakan kejutan bagi kami karena ibu Waldjinah tiba-tiba hadir dan bernyanyi bersama Ranisinar. Merupakan kehormatan bagi ibu Waldjinah bernyanyi bersama kami. Sebelum ibu kembali ke tempat, kami minta ibu bernyanyi lagu Bajing Luncat bersama,” kata vokalis OK Ranisinar, Syely Tri Puja Lestari seusai menyanyikan Bengawan Solo.

Alunan musik keroncong dengan bernada lagu Bajing Luncat dengan tambahan suara angklung dimainkan. Waldjinah dan Syely lantas menyanyikan syair lagu tersebut.

“Sepanggung dengan ibu Waldjina enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Senang, terharu, pengin meneteskan air mata namun tetap saya tahan. Kesannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” kata dara tersebut.

Advertisement

Pada hari pertama, Jumat (21/7), terdapat lima OK yang tampil yakni OK Gita Abadi (Tulungagung), OK Pandawa (Solo), OK Rinonce (Jogja), OK Wahyu Tumurun (Solo), dan Mahasiswa Sendratasik Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Sedangkan pada hari kedua, Sabtu (22/7), ada empat OK yang tampil yakni OK Pempek (Kediri), OK Ranisinar (Bandung), OK Malaysia, OK Marlubu RRI Malang, dan OK SKF 2017. OK SKF 2017 mengiringi maestro keroncong yang menjadi bintang tamu pada pada SKF 2017 yakni Waldjinah, Sruti Respati, Yati Pesek, Iin Indriyani, Bambang Heri, dan Singgih Sanjaya.

Ketua Panitia SKF 2017, R.M. Tjuk Kussubagyo, mengatakan konser tersebut mengusung tajuk Geliat Kawula Muda Wasis Bermain Musik dan Bernyayi Keroncong karena mayoritas awak OK berusia di bawah 35 tahun. Hal itu menandakan regenerasi musikus keroncong tidak pernah mati dan anak muda tidak alergi untuk mendalami musik keroncong.

Advertisement

“Dan tentunya peminatnya harus meningkat. Para pemuda harus memegang estafet keroncong di Indonesia. Sehingga keroncong tetap jaya di bumi Indonesia,” kata dia kepada wartawan, Sabtu malam.

Dia juga menilai penikmat musik keroncong juga tidak pernah surut. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya penonton konser keroncong dan konser SKF dari tahun ke tahun selalu dibanjiri penonton daei berbagai umur.

“Antusiasme anak muda untuk terjun ke musik keroncong juga sangat luar biasa. makanya kita wadahi mereka salah satunya melalui ini [SKF 2017] lewat solo. Apresiasi untuk semangat anak muda yang bermain keroncong juga harus tetap dijaga,” tambahnya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif