News
Minggu, 23 Juli 2017 - 18:00 WIB

Marak Anak Kecanduan Gadget, Presiden Ingatkan Jangan Pakai Facebook Sebelum 13 Tahun

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penggunaan Internet menggunakan smartphone (Istimewa/Huffington Post)

Kasus kecanduan gadget meningkat. Sementara itu Presiden Jokowi meminta anak-anak tak memakai Facebook sebelum berusia 13 tahun.

Solopos.com, PEKANBARU — Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainudin, Solo mencatat kini per bulan rata-rata bisa menangani dua sampai tiga kasus anak-anak yang mengalami kecanduan game dalam gadget. Secara terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengingatkan agar anak-anak tidak mengakses Facebook sebelum berusia 13 tahun.

Advertisement

Presiden mengingatkan bahwa anak-anak baru boleh “bermain” Facebook hanya bila sudah berusia 13 tahun. Itu pun harus tetap dalam pengawasan orang tua. “Anak-anakku siapa yang senang bermain media sosial? Coba ada yang mau bertanya silakan maju ke sini,” tanya Presiden dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2017 di Lapangan Gedung Daerah Pauhjanggi, Pekanbaru Riau, Minggu (23/7/2017).

“Nama saya Grace, saya mau tanya kenapa saya tidak boleh pakai ‘Facebook’? Kata mama harus pakai Facebook mama,” tanya seorang anak yang ditunjuk Presiden. “Grace umur berapa?” tanya Presiden. “11 [tahun],” jawab Grace dikutip Solopos.com dari Antara.

Advertisement

“Nama saya Grace, saya mau tanya kenapa saya tidak boleh pakai ‘Facebook’? Kata mama harus pakai Facebook mama,” tanya seorang anak yang ditunjuk Presiden. “Grace umur berapa?” tanya Presiden. “11 [tahun],” jawab Grace dikutip Solopos.com dari Antara.

“Jadi anak-anak, Bapak ingin beritahukan kalau mau main Facebook, umur di bawah 13 tahun tidak boleh. Aturannya begitu, kalau lebih dari 13 tahun boleh main, tapi diawasi bapak ibu [orang tua] agar dibimbing anak-anak menggunakan medsos dengan baik. Grace ingin main Facebook, sementara ini tidak boleh harus nebeng ke Facebooknya mama,” jawab Presiden.

Presiden lalu balik mengajukan pertanyaan ke Grace. “Grace belajar sehari berapa jam?” tanya Presiden. “Dua jam,” jawab Grace.

Advertisement

“Sore,” jawab anak-anak yang hadir. “Grace kalau main, mainnya apa?” tanya Presiden. “Main HP [handphone],” jawab Grace. “Suka main HP ya?” tanya Presiden lagi.

“Ya sudah dapat sepeda. Nih sepedanya diambil terima kasih, belajar yang giat,” tambah Presiden.

Sementara itu di Solo, Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJD dr. Arif Zainudi, dr. Aliyah Himawati Rizkiyani, mengatakan jumlah penanganan kasus anak-anak mengalami kecanduan game di RSJD dr. Arif Zainudin terus bertambah. Dia memprediksi kondisi tersebut dipengaruhi dua faktor, yakni jumlah kasus yang memang semakin banyak di masyarakat, atau orang tua yang kian sadar mengkonsultasikan perkembangan anak kepada ahli.

Advertisement

“Per bulan ada dua sampai tiga kasus baru yang kami tangani tentang anak yang mengalami adiksi game. Mereka sulit dilepaskan dari gadget saat makan, saat belajar, saat bermain, dan bahkan saat tidur. Anak-anak akan merengek jika gandet kesayanganya dijauhkan dari mereka,” kata Aliyah saat ditemui Solopos.com di sela-sela kegiatan RSJD dr. Arif Zainudin memperingati HAN 2017 di arena CFD Jl. Slamet Riyadi, Minggu (23/7/2017) pagi.

Aliyah menyampaikan penggunaan gadget secara berlebihan di kalangan anak-anak dan remaja berdampak negatif terhadap perkembangan mereka. Kemudahan dalam mengakses kesenangan dalam gadget membuat anak-anak menjadi malas bergerak, beraktivitas, dan berinteraksi. Jika telah kecanduan, anak-anak cenderung memilih duduk menghadap gadget ketimbang berinteraksi dengan dunia nyata.

“Kecanduan gadget bisa berdampak buruk terhadap perkembangan dan kesehatan anak, terutama dari segi kemampuan otak dan psikologis. Dampak negatif lain yang bisa dirasakan adalah berkurangnya mobilitas sosial anak-anak. Anak-anak bisa lebih memilih bermain menggunakan gadget dari pada beraktivitas dengan teman-teman sebayanya. Anak-anak yang kecanduan game juga cenderung akan mengalami kesulitan berkonsentrasi karena otak mereka telah terforsir pada layar gadget,” jelas Aliyah.

Advertisement

Aliyah menilai anak-anak usia 0-17 tahun belum perlu dibekali dengan gadget. Aliyah menyampaikan, anak-anak masih memerlukan permainan yang dapat merangsang kemampuan otak dan menunjang segala aspek baik fisik atau motorik, kognitif, bahasa, moral, sosial da emosional. Dia mencontohkan, anak-anak usia 5 tahun bisa diberikan permainan nyata berupa puzzle dan buku warna, ketimbang gadget berisi game.

“Kami memberikan terapi perilaku kepada anak-anak yang mengalami adiksi game. Kami juga kasih obat kepada mereka yang berusia remaja untuk mengendalikan emosi. Perilaku adiksi game pada anak ini memang bisa disembuhkan. Namun, alangkah baiknya ada upaya pencegahan yang dilakukan para orang tua. Orang tua bisa mendampingi anak-anak saat menggunakan gadget supaya membuka fitur yang sesuai tahap perkembangannya. Fitur dalam gadget kemudian dijadikan bahan diskusi. Anak jangan dibiarkan fokus terhadap layar,” terang Aliyah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif