Jogja
Minggu, 23 Juli 2017 - 05:21 WIB

Irigasi Tak Cukup, Petani di Bantul Gunakan Pompa Air untuk Menyiram Tanaman

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Saluran Irigasi (Dok/JIBI)

Wilayah Bantul selatan susah air, sejumlah petani di Kecamatan Sanden, Kretek dan Bambanglipuro mulai menggunakan pompa air

Harianjogja.com, BANTUL–Wilayah Bantul selatan susah air, sejumlah petani di Kecamatan Sanden, Kretek dan Bambanglipuro mulai menggunakan pompa air untuk menyirami tanaman.

Advertisement

Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul (Disperpautkan) menduga penyebab berkurangnya pasokan air ini salah satunya adalah dampak dari pembangunan DAM Kamijoro yang belum juga rampung.

Kepala Disperpautkan Bantul, Pulung Haryadi mengakui ada penurunan debit irigasi di tiga kecamatan tersebut terutama pada saluran irigasi yang berhulu di DAM Kamijoro.

Advertisement

Kepala Disperpautkan Bantul, Pulung Haryadi mengakui ada penurunan debit irigasi di tiga kecamatan tersebut terutama pada saluran irigasi yang berhulu di DAM Kamijoro.

Pasalnya semenjak pembangunan Bendung DAM Kamijoro, saluran irigasi yang terhubung menjadi terganggu. Namun demikian Pulung menyebut kondisi ini sudah diantisipasi dengan pengaturan air.

“Mau tidak mau karena memang Bendung Kamijoro sedang dibangun. Sehingga kita koordinasikan dengan pihak desa dan instansi terkait untuk melakukan pengaturan air,” tuturnya pada Jumat (21/7/2017).

Advertisement

Ia menambahkan meski debit irigasi menurun, di musim kemarau basah seperti ini petani cukup terbantu dengan cuaca dan iklim. Sebab, sesekali masih terjadi hujan yang dapat bermanfaat untuk penyiraman lahan pertanian.

Salah satu petani, Sumardi Wiyana mengatakan ia memang memilih untuk menanam palawija saat musim kemarau ini. Meski lahan garapan seluas 1500 meter persegi miliknya tidak lagi ditanami padi, namun ketersediaan air sangat dibutuhkan khususnya pasca penanaman.

Untuk tanaman kedelai misalnya, pada dua minggu pertama Sumardi harus menjamin ketercukupan air setiap hari. Tidak punya pilihan lain, ia harus menggunakan pompa air. “Kalau telat nyiram hasilnya tidak maksimal, jadi nanti bisa rugi,” ungkapnya.

Advertisement

Menurut warga Dusun Plembengan, Tirtosari, Kretek ini semenjak dua bulan terakhir debit air di saluran irigasi sudah mulai berkurang. Bahkan ia menyebut beberapa saluran irigasi yang melewati lahannya tidak lagi mengalir sejak tiga minggu terakhir.

Sebenarnya ia telah menyiapkan satu sumur sebagai langkah antisipasi kurangnya pasokan air irigasi. Namun untuk mengoperasikan pompa air, Sumardi dan petani lainnya harus mengeluarkan biaya tambahan.

Setidaknya lima hari sekali, ia harus mengalirkan air ke lahan pertanian miliknya. Padahal sekali menggunakan pompa, ia menghabiskan sekitar enam litar bahan bakar. Sehingga sekali mengairi lahan, Sumardi harus merogoh kocek hingga Rp50.000.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif