Jateng
Jumat, 21 Juli 2017 - 06:50 WIB

Phapros Ajak 50 Siswa Semarang Pelajari Mangrove

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pohon-pohon bakau mati di tengah kerusakan hutan mangrove. (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Phapros, perusahaan farmasi terkemuka di Jateng, mengajak 50 siswa Semarang belajar mangrove.

Semarangpos.com, SEMARANG — Perusahaan farmasi terkemuka Jawa Tengah (Jateng), PT Phapros Tbk., Kamis (20/7/2017), menggelar program Phapros Mengajar di kawasan ekowisata Maroon Mangrove Edupark, Kota Semarang. Kendati diekspose banyak media massa, kegiatan itu hanya melibatkan 50 pelajar.

Advertisement

Ke-50 pelajar itu diajak belajar mengenai ekosistem mangrove, termasuk penyelamatan, pelestarian, dan pengelolaan tanaman bakau itu. “Ini merupakan kegiatan rutin bagian dari Phapros Mengajar yang diadakan sebulan sekali,” kata Direktur Utama PT Phapros, Tbk. Barokah Sri Utami.

Kegiatan mengajar yang melibatkan Barokah Sri Utami sebagai pengajar itu disebut Mangrove Time karena dilaksanakan di Maroon Mangrove Edupark, salah satu destinasi wisata mangrove di Kota Semarang. Kegiatan mengajar dan pengembangan kawasan mangrove itu merupakan kerja sama antara Phapros, Yayasan Inspirasi Keluarga Kesemat (Ikamat), dan Lanumad Ahmad Yani Semarang.

Kesemat merupakan singkatan Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur, salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. “Mangrove Time ini merupakan kegiatan diskusi lingkungan berbasis komunitas untuk mengenalkan mangrove sejak dini kepada generasi milenial,” kata Emmy—sapaan akrab Barokah.

Advertisement

Sebagai kampanye penyelamatan mangrove, lanjut dia, sekaligus mengenalkan Maroon Mangrove Edupark sebagai salah satu wisata berbasis eko dan eduwisata tanaman bakau.
Penyelenggaraannya pembelajaran mangrove kali ini, kata dia, juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-63 Phapros.

“Harapannya, anak-anak memiliki tambahan wawasan tentang mangrove dan mampu berbagai wawasan yang didapatkan sehingga bisa menggugah semangat konservasi mangrove,” ungkapnya.

Pelestarian mangrove, diakuinya membutuhkan dukungan dari seluruh pihak, terutama pelajar untuk meneruskan perjuangan konservasi mangrove yang sudah dirintis sebelumnya.
Sejak diresmikan 2016, ia menyebutkan saat ini sudah ada sekitar 600.000 pohon mangrove yang ditanam di lahan seluas 1,5 ha, dan 100.000 mangrove ditanam oleh pengunjung.

Advertisement

“Tempat ini bisa jadi laboratorium hidup tentang mangrove. Sudah ada juga yang memanfaatkan tanaman mangrove jadi makanan,” kata Emmy yang menjadi salah satu pengajar.

Sementara itu, Ganis Ryan Efendi dari Yayasan Ikamat mengatakan selama ini kegiatan pembelajaran mangrove itu rutin diselenggarakan dengan mengundang pelajar dan berbagai komunitas. “Pelajar mulai SD sampai SMA, kemudian berbagai komunitas berbeda kami undang tiap bulan. Fokusnya [pembelajaran] tetap soal mangrove karena harus terus dikampanyekan,” katanya.

Kebetulan, kata dia, objek wisata mangrove memang sedang naik daun sehingga sebenarnya Semarang bersyukur memiliki beberapa objek wisata semacam itu, salah satunya Maroon Mangrove Edupark.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif