Jogja
Jumat, 21 Juli 2017 - 20:20 WIB

Ekonomi Syariah Tumbuh Lambat karena Rendahnya Pemahaman Masyarakat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pembicara dalam acara Seminar Sosialisasi dan Bedah Buku Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di Indonesia serta BEMP Go Publish di Bangsal Mataram, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY, Kamis (20/7/2017). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia cenderung lambat

 

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia cenderung lambat. Salah satu penyebabnya yakni masih rendah pemahaman masyarakat akan keuangan syariah dan produk-produknya.

Hal itu dikemukakan dalam Seminar Sosialisasi dan Bedah Buku Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di Indonesia serta BEMP Go Publish di Bangsal Mataram, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY. Buku tersebut menjadi panduan bagi banyak kalangan untuk dapat lebih memahami tentang konsep keuangan syariah.

Advertisement

Hal itu dikemukakan dalam Seminar Sosialisasi dan Bedah Buku Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di Indonesia serta BEMP Go Publish di Bangsal Mataram, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY. Buku tersebut menjadi panduan bagi banyak kalangan untuk dapat lebih memahami tentang konsep keuangan syariah.

Pimpinan Departemen Riset dan Kebanksentralan, Wahyu Dewati mengungkapkan Indonesia memiliki mimpi menjadi kiblat ekonomi syariah dunia pada 2024 mendatang.

“Maka mimpi ini jangan hanya sekadar jadi wacana. Di dalam buku ini berisi karakteristik produk dan akad yang digunakan dalam keuangan syariah di Indonesia serta dinamikanya sebagai faktor pembeda dengan keuangan konvensional,” ujar Wahyu saat membuka acara tersebut, Kamis (20/7/2017).

Advertisement

“Sistem [keuangan syariah] ini sangat unik dan memiliki kekuatan dalam menghadapi krisis yang melanda,” imbuh Wahyu.

Sejak kali pertama dikenalkan tahun 1990-an, Wahyu mengungkapkan hingga saat ini pemahaman masyarakat tentang ekonomi atau keuangan syariah masih sangat rendah. Rendahnya literasi masyarakat akan keuangan syariah ini menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah kalangan terkait.

“Rendahnya pemahaman itu, salah satunya dipicu oleh penggunaan istilah-istilah asing, terutama bahasa Arab yakni dalam sejumlah produk perbankan syariah,” ungkap Wahyu.

Advertisement

Sementara itu, Deputi Kepala KPwBI DIY, Hilman Tisnawan mengungkapkan perjalanan ekonomi syariah di Indonesia sudah cukup panjang. Dalam praktiknya, ekonomi syariah tumbuh di sektor perbankan hingga pasar modal.

Bahkan, dalam tatanan mikro, ekonomi syariah juga semakin berkembang dengan adanya Baitul Mal wat Tamwil atau lebih dikenal dengan BMT.

Lebih lanjut Hilman menambahkan pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia terbilang masih lambat. Menurut data yang ada, pertumbuhan keuangan syariah secara nasional baru sekitar 5%.

Advertisement

“Sedangkan di Jogja, pertumbuhan keuangan syariah sudah cukup baik. Pertumbuhannya mencapai 11 persen dan ini merupakan peluang untuk mengembangkan ekonomi syariah lebih luas lagi, terutama pada sektor perbankannya,” jelas Hilman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif