Soloraya
Kamis, 20 Juli 2017 - 07:35 WIB

Puluhan Penyandang Tunanetra Solo Belajar Kenali Pecahan Uang Baru

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anggota Pertuni Solo mengikuti sosialisasi pengenalan uang di Gedung BI Solo, Rabu (19/7/2017). (Asiska Riviyastuti/JIBI/Solopos)

Puluhan penyandang tunanetra di Solo mendapat sosialisasi pengenalan ciri-ciri  khusus pecahan uang baru.

Solopos.com, SOLO — Kasir Senior Bank Indonesia (BI), Firdaus, mendekati Painem, salah satu anggota Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Solo yang Rabu (19/7/2017) hadir di Gedung Bank Indonesia Solo.

Advertisement

“Coba Ibu rasakan ada berapa bagian yang kasar di sisi pendek uang ini?” ujar Firdaus kepada Painem.

Painem pun meraba uang kertas tersebut. Dengan yakin dia mengatakan uang yang diberikan adalah pecahan Rp20.000.

Advertisement

Painem pun meraba uang kertas tersebut. Dengan yakin dia mengatakan uang yang diberikan adalah pecahan Rp20.000.

“Ini seperti yang tadi [didemokan], ini Rp20.000 karena ada tiga bagian yang kasar,” ujarnya sambil tersenyum pasti.

Bagi wanita paruh baya ini mengenali pecahan uang kertas saat ini menjadi lebih mudah jika dibandingkan emisi sebelumnya. Hal ini karena bagian kasar lebih terasa dan lokasinya berada di pinggir sehingga lebih mudah saat diraba.

Advertisement

“Uang itu ada sisi panjang dan sisi pendek, untuk mengetahui berapa nilai pecahan uang yang dipegang bisa meraba bagian kasar di sisi pendek. Semakin sedikit bagian yang kasar, berarti nilainya semakin besar,” jelasnya.

Pecahan uang kertas yang dikeluarkan saat ini terdiri atas tujuh nilai pecahan, yakni Rp1.000, Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000, Rp50.000, dan Rp100.000. Uang pecahan Rp100.000 hanya memiliki satu bagian kasar, Rp50.000 memiliki dua bagian kasar, dan Rp1.000 memiliki bagian kasar paling banyak, yakni tujuh bagian.

“Sosialisasi dan pengenalan ciri-ciri keaslian uang terus dilakukan untuk emisi terbaru. Berawal dari talkshow di radio, akhirnya bisa bertemu pengurus Pertuni dan dilakukan sosialisasi ini. Harapannya anggota Pertuni tidak lagi bingung saat menerima uang dari pelanggan yang menggunakan jasa mereka,” ungkap Kepala Perwakilan BI Solo, Bandoe Widiarto, saat ditemui wartawan, Rabu.

Advertisement

Uang rupiah ini untuk seluruh rakyat Indonesia dengan berbagai macam kondisi. Oleh karena itu, pembuatannya pun disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, tak terkecuali penyandang tunanetra.

Sebanyak 60 anggota Pertuni yang hadir pada kesempatan tersebut diharapkan bisa membantu menyosialisasikan blind code yang tercantum dalam uang kertas ke rekan yang lain mengingat anggota yang datang ada yang berasal dari luar Solo, seperti Boyolali.

“Kegiatan ini rencananya juga diadakan tidak hanya di Solo tapi juga daerah lain di Soloraya. Tidak hanya sosialisasi ciri-ciri keaslian uang tapi juga bagaimana memperlakukan uang dan mengenai pembayaran nontunai,” imbuhnya.

Advertisement

Ketua Pertuni Solo, Sukiman, menyambut positif kegiatan yang diadakan BI tersebut. Menurut dia, setiap ada emisi baru, idealnya selalu ada sosialisasi ke penyandang tunanetra untuk memudahkan mengenali uang baru.

Dia mengapresiasi adanya blind code yang disematkan di emisi baru ini lebih terasa kasar dan lokasinya pun mudah dicari. Namun dia berharap kode buta tersebut bisa lebih tebal karena jika uang sudah terlipat atau lama, bagian kasar tersebut terkadang sulit untuk diraba lagi.

“Sosialisasi ini sangat membantu anggota Pertuni yang kebanyakan bekerja sebagai juru pijat dan langsung bersinggungan dengan masyarakat sehingga dengan adanya bagian kasar yang lebih mudah dikenali ini, kami semakin mudah mengenali,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, BI Solo juga memberi bantuan senilai Rp23 juta kepada Pertuni. Sukiman mengatakan bantuan tersebut akan dibelikan alat-alat pendukung kerja anggota yang memiliki klinik pijat, seperti kasur, kipas angin, timbangan, dan tensimeter.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif