Jateng
Rabu, 19 Juli 2017 - 10:50 WIB

KISAH INSPIRATIF : Tunanetra Tak Adang Pria Ini Buka Usaha Bengkel

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyandang tunanetra di Semarang, Topo Prastyo Nugroho, tengah memperbaiki sepeda motor milik pelanggannya di bengkel miliknya “Cahaya Motor” di Jl. W.R. Supratman, Semarang, beberapa waktu lalu. (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Kisah inspiratif kali ini datang seorang penyandang tunanetra di Kota Semarang yang bekerja sebagai montir dan memiliki usaha bengkel sendiri.

Semarangpos.com, SEMARANG – Tak ada kata tidak bisa dalam benak Topo Prastyo Nugroho, 32, warga Sri Rejeki Timur V RT 003/RW 006, Kelurahan Gisikdrono, Semarang Barat, Kota Semarang. Meski terlahir dengan keterbatasan fisik tak bisa melihat alias tunanetra, Topo tetap bisa bekerja sebagai montir, bahkan memiliki usaha bengkel sendiri.

Advertisement

Saat dikunjungi Semarangpos.com di bengkelnya Cahaya Motor di Jl. W.R. Supratman No. 143, Kota Semarang, Selasa (18/7/2017), Topo tampak sibuk melepas roda belakang motor matik milik pelanggannya. Beberapa kali dia harus menggeser badannya guna mendapat posisi jongkong yang pas demi melepaskan baut roda.

Tak butuh waktu lama, roda beserta peleknya sudah lepas dari tempatnya. Yah, sekilas memang tidak terlihat beda antara Topo dengan montir lainnya. Namun, mereka yang hendak menyervis motor langsung akan langsung bisa mengetahui keterbatasan fisik Topo saat berjalan.

Advertisement

Tak butuh waktu lama, roda beserta peleknya sudah lepas dari tempatnya. Yah, sekilas memang tidak terlihat beda antara Topo dengan montir lainnya. Namun, mereka yang hendak menyervis motor langsung akan langsung bisa mengetahui keterbatasan fisik Topo saat berjalan.

Topo terlahir ke dunia dengan keterbatasan di bagian mata. Ia tak mampu melihat alias tunanetra sejak lahir. Seperti penyandang tunanetra pada umumnya, Topo pun harus meraba-raba saat berjalan. “Saya buta sejak lahir,” ujar Topo.

Meski buta, Topo tak minder. Ia justru memiliki rasa keingintahuan yang besar seperti orang pada umumnya. Ia bahkan nekat melakoni pendidikan di sekolah umum selepas lulus dari sekolah dasar luar biasa (SDLB).

Advertisement

Usahanya meyakinkan pihak Disdik Semarang kalau dirinya memiliki kemampuan akademis seperti remaja normal pun berhasil. Ia akhirnya diterima di SMP Masehi dan berlanjut menempuh pendidikan di SMA Tugu Soeharto.

“Masa remaja cukup berat saya lalu. Kalau dibilang down, frustasi ya ada. Tapi saya ambil sikap positif. Masak mau begini terus? Kalau teman bisa naik motor, masak saya tidak bisa. Kalau tidak bisa setidaknya saya bisa memperbaiki motor,” tutur Topo.

Dengan semangat itu pulalah, Topo akhirnya memiliki hobi mengutak-atik motor. Sepulang sekolah dimanfaatkannya untuk belajar mengenali satu per satu onderdil motor. Bengkel milik temannya, pun di jadikan tempat untuk praktik. Sebagai uji coba, sepeda motor Honda Astrea Grand milik orang tua pun menjadi korban.

Advertisement

Pada tahun 2005, seusai lulus SMA, Topo berniat melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Sayangnya, ia tidak diterima melanjutkan studi di perguruan tinggi. Namun, ia tidak putus asa. Alih-alih memilih melanjutkan kuliah, Topo justru memperdalam ilmu perbengkelan.

Selama menjalani profesi sebagai tukang bengkel, suka dan duka dialami Topo. Ia pernah salah dalam memperbaiki pengapian sepeda motor Suzuki Shogun hingga terbakar. Kendati demikian, kegagalan itu tak membuatnya putusa asa. Ia justru semakin terpacu untuk memperdalam ilmu montirnya agar tak mengulang kesalahan hingga akhirnya pada tahun 2007 ia berani membuka usaha bengkel motor.

Selama 10 tahun membuka bengkel, Topo kini memiliki lebih dari 100 pelanggan. Ayah dari Gavriel Osaze Vaith Nugroho, 3, itu juga menjual beraneka spare part kendaraan roda dua dan melayani tambal ban. “Sekarang pelanggan saya 100 lebih. Saya juga punya satu karyawan untuk membantu,” beber Topo.

Advertisement

Salah satu tetangga Topo yang juga berprofesi sebagai guru SLB, Sumali, 53, mengaku bangga dengan apa yang telah dicapai bekas anak didiknya itu. “Ia sejak kecil memang memiliki kemauan belajar yang sangat besar. Punya karakter kuat, mandiri, tak mau kalah dengan anak-anak lain yang normal. Ini [bengkel] bukti dia mampu berdikari,” tutur Sumali.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif