News
Rabu, 19 Juli 2017 - 21:00 WIB

Anies Baswedan akan Tiru Penataan Sungai Winongo Jogja di Ciliwung

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja dengan alat berat meratakan tanah pascapembongkaran bangunan semi permanen di area bantaran sungai Ciliwung di kawasan Bukit Duri, Jakarta, Jumat (14/7/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aprillio Akbar)

Anies Baswedan mengaku akan meniru penataan Sungai Winongp Jogja di bantaran Sungai Ciliwung.

JOGJA– Anies Baswedan menggelar pertemuan dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam pertemuan yang digelar di Keraton Kilen, Selasa (18/7/2017) malam itu, Anies meminta doa restu jelang pelantikannya dan belajar beberapa hal kepada Sultan, termasuk penataan sungai.

Advertisement

Ditemui seusai pertemuan, Anies memandang perlu untuk banyak belajar dari Sri Sultan HB X. Pasalnya, Sri Sultan HB X memiliki pengalaman lebih banyak ketimbang gubernur yang lain. “Beliau memimpin DIY kan 15 tahun,” kata Anies.

Dari pertemuan itu, ia mengaku mendapatkan banyak pelajaran, khususnya yang terkait tata kelola pemerintahan. Menurutnya, pemerintah DIY memiliki cara yang cukup bijak dalam memperlakukan warganya. “Contohnya adalah warga bantaran sungai. Saya harus belajar banyak bagaimana menata bantaran sungai tanpa harus mengorbankan dan menggusur warga di sana,” ujarnya.

Advertisement

Dari pertemuan itu, ia mengaku mendapatkan banyak pelajaran, khususnya yang terkait tata kelola pemerintahan. Menurutnya, pemerintah DIY memiliki cara yang cukup bijak dalam memperlakukan warganya. “Contohnya adalah warga bantaran sungai. Saya harus belajar banyak bagaimana menata bantaran sungai tanpa harus mengorbankan dan menggusur warga di sana,” ujarnya.

Menurut Anies, DKI Jakarta dan DIY pada dasarnya memiliki karakter yang hampir sama, yakni sama-sama banyak didatangi oleh masyarakat luar. Pemerintah DIY menurutnya, mampu menempatkan warga pendatang sejajar dengan warga asli. Dengan begitu, warga pendatang pun merasa bahwa mereka bukanlah orang asing di DIY. “Partisipasi warga inilah yang saya perlu banyak pelajari dari DIY,” akunya.

Anies Baswedan memilih Sungai Winongo Jogja sebagai salah satu tempat untuk mempelajari penataan lingkungan sungai yang akan diterapkan di Jakarta. “Kami ingin melihat Sungai Winongo dari dekat dan belajar. Di sini, penataan dilakukan dengan konsep penataan kampung. Sama seperti yang kami sampaikan saat kampanye dulu,” kata Anies di sela kunjungan di Sungai Winongo, Rabu (19/7/2017).

Advertisement

Anies mengatakan penataan lingkungan sungai juga harus mengedepankan semangat gotong royong dan menyadarkan masyarakat agar mampu melihat sungai sebagai salah satu pusat kegiatan. “Dengan demikian, masyarakat memiliki cara pandang baru, sehingga mereka akan mengubah halaman depan rumah ke arah sungai. Rumah tidak lagi membelakangi sungai, tetapi menghadap sungai,” katanya.

Di Jakarta, kata Anies, ada kampung yang memiliki konsep penataan serupa dengan di Sungai Winongo, yaitu Kampung Tongkol. Warga di kampung tersebut, menurut dia, memundurkan rumahnya 5 meter dari sungai dan mengubah arah rumah ke sungai. Di kampung tersebut juga sudah dilengkapi dengan berbagai infrastruktur seperti jalan inspeksi.

“Yang penting itu ada kemauan dari pemerintah. Begitu ada kemauan, semua yang disebut kendala bisa diselesaikan,” katanya.

Advertisement

Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) DIY Endang Rohjiani mengatakan, proses penataan sungai bukan merupakan program instan yang dapat diselesaikan dalam waktu dekat. “Yang paling penting dari proses penataan adalah membangun kesadaran masyarakat. Jika kesadaran sudah muncul, maka program penataan sungai akan berhasil dijalankan,” katanya.

Di Winongo, penataan kawasan sungai dilakukan dengan gerakan mundur, munggah, madep kali (M3K), yang berarti mundur, naikm dan menghadap ke sungai. Salah satu kawasan di Sungai Winongo yang sudah menerapkan gerakan tersebut adalah lingkungan RW1 Ngampilan. Penataan sungai di lokasi tersebut dilakukan dengan menggunakan dana Pembangunan Lingkungan Perumahan Berbasis Komunitas tahun anggaran 2014 senilai Rp2 miliar.

Perumahan yang semula berada sangat dekat dengan sungai sudah dimundurkan sekitar 10 meter. Ruangan yang ada kemudian disulap menjadi ruang terbuka hijau. Program tersebut masih akan terus dilanjutkan meskipun akan ada kendala karena beberapa rumah berada sangat dekat dengan tebing sungai.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif