Jogja
Jumat, 14 Juli 2017 - 20:20 WIB

PPDB 2017 : 70% SD di Gunungkidul Kekurangan murid

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Riski Ika Fauziah dan Relita Mahendarti, dua siswa SD Wonolagi Gunungkidul mengerjakan soal Ujian Nasional 2016, Selasa (17/5/2016). (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Sebanyak 70% Sekolah Dasar (SD) baik negeri maupun swata di Kabupaten Gunungkiudul masih kekurangan murid

 

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sebanyak 70% Sekolah Dasar (SD) baik negeri maupun swata di Kabupaten Gunungkiudul masih kekurangan murid. Jumlah murid di sekolah-sekolah tersebut tidak dapat mencapai jumlah minimum rombongan belajar (rombel) yakni 20 murid.

SekRetaris Dinas Pendidikan Pemudan dan Olaharga (Disdikpora), Kabupaten Gunungkidul, Bahron Rosyid mengakui masih banyak SD yang kekurangan murid.

“Hampir semua SD di 18 kecamatan kekurangan murid. Kalau dipresentase hampir 70% SD baik negeri dan swasta kekurangan murid,” ungkapnya, Jumat (14/7).

Advertisement

Total di Gunungkidul sendiri terdapat sekitar 500 SD/MI baik negeri maupun swasta. Dari jumlah tersebut, kursi yang disediakan untuk peserta didik baru adalah 14.000. Namun pada kenyataanya kursi tersebut tidak dapat terisi semua.

Berdasarkan perhitungan, jumlah lulusan Taman Kanak-Kanak (TK) pada tahun ini hanya sekitar 7.500, sedangkan non TK hanya sekitar 1.500. Jika ditotal hanya mencapai 9.000. Jumlah tersebut jauh dari kapasistas kursi yang disediakan di tingkat SD/MI.

Oleh sebab itu dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat SD tahun ini, masih banyak yang kekurangan murid. “Kami sudah memperpanjang pendaftaran PPDB SD hinggga satu pekan, namun tetap saja masih banyak SD yang kekurangan murid,” kata dia.

Advertisement

Saat ini rata-rata sekolah hanya mendapatkan 13 murid dalam satu rombel. Padahal idelanya setiap rombel minimal 20 hingga 28 siswa. Namun demikain meskipun kuota rombel kurang, pihaknya tetap memberikan layanan belajar.

“Ya dengan situasi seperti ini regrouping menjadi satu keniscayaan. Saat ini pun kami juga terus melakukan pemetaan untuk kemungkinan penggabungan sekolah atau regrouping. Namun keputusan tersebut tentunya dibutuhkan perhitungan yang matang dan melibatkan pendekatan masyarakat,” kata Bahron.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif