Soloraya
Kamis, 13 Juli 2017 - 23:35 WIB

KESEHATAN SOLO : 70% Pengidap Kanker Terlambat Dapat Pengobatan Medis

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kemoterapi untuk kanker (Life Extension)

Kesehatan Solo, 70% pengidap kanker terlambat mendapat penanganan medis.

Solopos.com, SOLO — Jumlah pengidap kanker terus meningkat akibat perubahan pola hidup, banyaknya jenis makanan tak sehat, serta tekanan psikologis yang kian kompleks. Namun, hampir 70% pengidap kanker terlambat mendatangi layanan medis sehingga terlambat pula penanganannya.

Advertisement

Mereka mendatangi pelayanan medis setelah penyakitnya memasuki stadium 3 sehingga membutuhkan biaya tinggi dan sulit untuk ditangani. Hal tersebut disampaikan Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan sekaligus konsultan Onkologi dr. Heru Priyanto, Sp.O.G.(K).Onk ketika dijumpai Solopos.com di sela-sela acara Sharing Bersama artis Ibu Kota sekaligus survivor kanker, Ria Irawan, di Rumah Sakit Onkologi Solo (RSOS) Permata Harapan Cancer Center (PHCC), Rabu (12/7/2017) malam.

Heru mengatakan kanker serviks dan kanker payudara menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah pengidap kanker terbanyak di Indonesia. Padahal penyebaran kanker di dalam tubuh bisa dicegah sepanjang terdeteksi secara dini.

Advertisement

Heru mengatakan kanker serviks dan kanker payudara menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah pengidap kanker terbanyak di Indonesia. Padahal penyebaran kanker di dalam tubuh bisa dicegah sepanjang terdeteksi secara dini.

Persoalannya, 70% masyarakat terlambat memeriksakan diri ke rumah sakit. “Mereka ke rumah sakit setelah stadium 3 ke atas. Ini sangat sulit untuk ditangani. Padahal contoh kasus kanker serviks dan payudara itu bisa ditangani kalau terdeteksi dini. Biayanya murah tidak sampai Rp2 juta. Tapi kalau sudah stadium lanjut, ya biayanya tinggi sampai Rp90 juta ke atas,” katanya.

Karena itu, berbagai elemen masyarakat peduli kanker kini tengah merapatkan barisan dalam upaya pencegahan dan pengendalian kanker. Salah satu upayanya menggelar kegiatan sharing bersama survivor kanker tersebut.

Advertisement

Ria bahkan berbagi cerita saat kali pertama divonis mengidap kanker hingga bertahan hidup sampai saat ini. “Kuncinya adalah semangat dan jangan stres. Hadapi kenyataan dan ikuti pengobatan medis secara tuntas,” katanya.

Ria pun mengakui banyak penderita kanker yang terlambat mendapatkan penanganan medis karena mencari alternatif ke sana kemari untuk pengobatan kanker. Kondisi ini justru memperparah penyakit kanker dan sulit untuk ditangani.

Survivor kanker lain asal Kratonan, Solo, Heni Purwanti, mengaku sharing bersama Ria Irawan mampu memberikan tambahan suntikan semangat bagi dirinya dan pendeita kanker lain. “Saya lebih bersemangat untuk sembuh dan sembuh,” katanya.

Advertisement

Suntikan semangat dari keluarga dan lingkungan, menurut dia, sangat diperlukan agar penderita kanker payudara seperti dirinya bertahan hidup. Hal itu mengingat pengobatan kanker butuh waktu lama dan harus terus menerus.

Dibutuhkan kesabaran dan kemauan keras dari para penderita untuk sembuh. “Peran keluarga juga sangat penting. Jangan sampai penderita kanker ini dibiarkan berjuang sendiri,” kata dia.

Heni divonis mengidap kanker payudara stadium 1B dan telah menjalani rangkaian kemoterapi dan radiasi. Rambutnya rontok, namun ia tak pernah putus semangat.

Advertisement

“Sekarang saya masih bisa bergembira dan bisa memberikan semangat bagi penderita lain. Bahkan rambut saya sekarang sudah tumbuh,” katanya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif