Jogja
Senin, 10 Juli 2017 - 12:57 WIB

Kredit Konsumsi Naik, BPR Perlu Antisipasi Potensi NPL

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Anggaran (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Peningkatan kredit konsumsi yang diajukan nasabah perlu dicermati secara tepat, terutama di kalangan industri bank perkreditan rakyat

Harianjogja.com, JOGJA-Peningkatan kredit konsumsi yang diajukan nasabah untuk keperluan lebaran dan memasuki tahun ajaran baru ini perlu dicermati secara tepat, terutama di kalangan industri bank perkreditan rakyat. Hal itu dilakukan sebagai upata untuk menekan potensi kredit macet atau non performing loan (NPL).

Advertisement

“Kami memang belum bisa mengukur potensi NPL, karena kami juga baru mencairkan dananya. Namun kalau kredit yang sifatnya konsumtif, memang harus diantisipasi,” ujar Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) DIY, Ascar Setiyono, Jumat (7/7/2017) lalu.

Ascar mengungkapkan sepanjang nasabah yang mengajukan kredit konsumsi tersebut masih memiliki penghasilan yang tetap, potensi NPL sangat memungkinkan untuk ditekan. Namun, kondisinya akan berbeda apabila dana yang diajukan digunakan untuk keperluan yang insidentil atau spekulatif, yakni hanya pada momen tertentu saja.

“Kalau misalnya dana itu hanya digunakan untuk Lebaran, saya kira peluang NPL bisa jadi lebih tinggi,” imbuh Ascar.

Advertisement

Mencegah peluang meningkatkan NPL, Ascar mengungkapkan upaya antisipasi telah dilakukan. Di antaranya dengan analisa penggunaan kredit yang diajukan oleh nasabah. Analisa tersebut sifatnya tidak spekulatif, yakni hanya sebatas penggunaan saat Lebaran tanpa mencermati sumber dana pengembalian, baik pascalebaran maupun dalam waktu yang pendek ini.

“Kami meyakini, apabila analisa ini dijalankan, maka kenaikan NPL tidak akan tinggi,” kata Ascar.

Analisa penggunaan, kata Ascar, juga penting untuk dilakukan saat menerima pengajuan kredit konsumsi dari nasabah. Di mana penggunaan dana ini perlu diketahui untuk mengantisipasi risiko yang akan dialami bank saat nasabah tidak dapat mengembalikan dana tersebut.

Advertisement

Ascar menjelaskan analisa penggunaan terhadap kredit diperlukan, sehingga bank dapat mengetahui dana ini akan digunakan untuk apa. Hal itu dilakukan supaya tujuan penggunaan awal dengan penggunaan yang sesungguhnya itu memang sesuai.

“Karena orang cenderung akan menyediakan dana berlebih untuk lain-lain. Bank perlu tahu, dana itu untuk apa. Sehingga ketika nanti proses penyaluran dana ini diberikan, ada monitoring. Untuk melihat kembali, apakah tujuan penggunaan awal sesuai,” jelas Ascar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif